Banyak orang-orang di sekitar kita menyebutkan bahwa laki-laki harus kuat, tahan banting, dan tidak boleh nangis. Hal ini disebut dengan toxic masculinity atau maskulinitas toksik. Toxic masculinity merupakan tekanan budaya patriarki yang tidak jarang menghasilkan gangguan mental pada laki- laki. Salah satu bentuk tekanan toxic masculinity adalah keharusan laki-laki untuk menekan emosi mereka agar tidak terlihat lemah. Toxic masculinity mengacu pada ekspektasi masyarakat terhadap laki-laki. Di masyarakat, laki-laki diharapkan untuk menjadi kuat, aktif, agresif, tangguh, berani, tidak ekspresif secara emosional, dan dominan. Hal ini dipaksakan oleh lingkungan sosial, pertemanan, bahkan dunia sosial media.
KEMBALI KE ARTIKEL