2004 adalah tahun ketika seorang anak laki-laki bernama Ilham lahir. Ya, itulah aku—anak kedua yang saat itu menjadi bungsu, sebelum akhirnya posisi bungsu "direbut" sepuluh tahun kemudian. Seperti judul tulisan ini, aku memang memiliki bakat yang bisa dibilang setengah-setengah. Bagaimana tidak? Setiap kemampuan yang kumiliki hanya sebatas "bisa", namun tidak pernah sampai pada level "jago". Terkadang, aku merasa iri melihat orang-orang di sekitarku yang setidaknya memiliki satu bakat yang mereka kuasai dengan baik. Namun, ada satu hal yang mereka miliki, tetapi tidak ada padaku—keinginan kuat untuk mendalami bakat. Mungkin ini terdengar tidak wajar; aku iri pada orang berbakat, tapi tidak memiliki semangat untuk menjadi seperti mereka.