Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Donatur

31 Agustus 2024   17:39 Diperbarui: 31 Agustus 2024   17:40 88 15
Di kampungku ada seorang muda yang sering menjadi donatur. Namanya Aman. Mungkin usianya kisaran 35 tahun.

Aman bukan orang kampung kami. Dia pendatang. Datang kisaran lima tahun lalu setelah menikah. Datang dan menjadi salah satu warga kampung kami.

Dia datang dan membangun rumah mewah di tengah desa kami. Semua orang senang dengan Aman. Sekalipun nyaris tak pernah di rumah.

Sepekan sekali atau malah dua pekan sekali dia ada di rumah. Dia sibuk dengan bisnisnya. Kata orang-orang, dia bisnis ekspor impor.

Tapi, sekalipun jarang di rumah, Aman sangat ramah. Keluar rumah dengan mobilnya dia menyapa warga. Kalau ada kesempatan di rumah dan ada kerja bakti, dia juga ikut. Tentu saja dengan memberikan makanan super enak.

Kalau pas rutinan RT dan Aman ada di rumah, Aman akan mempersilakan acara rutinan di rumahnya. Tepatnya di depan rumahnya yang ada aula yang cukup representatif.

Kalau ada acara di kampungku, Aman adalah donatur tetap. Lebih sering 90 persen pendanaan dari Aman. Kadang malah 100 persen pendanaan dari Aman. Acara seni, keagamaan, sampai acara Agustusan, Aman yang menopang pendanaan.

Walaupun sekali lagi, pas acara dia sering tidak datang. Sebab dia sibuk di luar kota. Paling hanya istri dan satu anaknya yang masih kecil yang ikut acara. Itu pun ikut dengan status kadang-kadang.

Tapi orang kampung kami tak pernah mempermasalahkan keabsenan Aman dan keluarga. Toh Aman adalah donatur. Aman adalah sosok yang ramah dan hangat.

Di sisi lain, desas-desus tentang penggunaan dana donatur ditengarai disalahgunakan. Mereka yang menyalahgunakan adalah oknum pemuda, oknum pengurus lingkungan, bahkan oknum pengurus keagamaan. Mereka yang menyelewengkan dana dari donatur adalah penerima pertama dari donatur.

Sebagian orang sudah pernah meminta pada Aman agar meminta pertanggungjawaban atas setiap acara. Tapi Aman tak mau ambil pusing.

"Ya silakan lah diurus sendiri, saya percaya sama warga sini," kata Aman enteng.

Desas-desus penyalahgunaan dana donatur terus muncul. Tapi ya sulit dibongkar. Sebab, yang punya uang sendiri yakni Aman, merasa tak ada masalah.

Aman menjadi pahlawan bagi kampung kami. Sebelum ada Aman, setiap acara, warga patungan. Tapi lebih banyak warga yang ogah patungan dengan berbagai macam alasan.

Kadang Agustusan saja, banyak yang emoh patungan. Tapi itu cerita dulu saat Aman belum ada. Setelah Aman ada, semua aman. Pendanaan aman.

Nah, jelang Agustusan kemarin, Aman dan keluarga sudah tidak nampak. Tiga pembantu yang biasa kami sapa juga tak terlihat. Ke mana keluarga Aman?

Sebagian dari kami mencoba mencari tahu ke tiga pembantu keluarga Aman. Cuma memang rumah tiga pembantu itu cukup jauh dari kampung kami.

Sampai kemudian kami menemukan rumah salah satu pembantu Aman yakni Tarno. Tarno bilang bahwa dia sudah tak kerja di rumah Aman.

"Bapak dan keluarga pergi mendadak. Kami para pembantu juga diputus kerja, diberi uang pesangon 10 bulan kerja," kata Tarno.

"Katanya mau ke luar kota. Pindah rumah. Rumah mewah itu kabarnya akan dijual," kata Tarno.

Dapat kabar itu, warga sudah mulai kelimpungan. Sebab siapa yang mau menopang pendanaan Agustusan? Sementara warga memang banyak yang enggan mengeluarkan duit. Kampung kami banyak yang pelit. Khususnya mereka yang dituding menyalahgunakan dana donatur.

Agustusan sudah tinggal dua pekan, tapi dana yang terkumpul sangat tak memadai. Entahlah. Warga kami dari dulu seperti itu. Pelit!

Hingga kemudian pesan berantai mencuat di HP kami. Ada kabar bahwa Aman jadi buronan kasus korupsi. Aman diburu kejaksaan soal mengambil uang negara atas nama proyek fiktif.

Kami tentu tak percaya begitu saja. Tapi Toni, salah satu warga kami memberi informasi yang membenarkan. Informasi yang akurat dari media massa terpercaya dan dari orang kejaksaan di kota.

Toni bahkan menyebutkan jika Kejaksaan akan meminta keterangan pada warga kampung kami yang sering menerima uang donasi dari Aman.

Kabar Kejaksaan memburu keterangan warga sudah merebak. Sebagian warga sudah ketar-ketir karena rencana pemanggilan oleh Kejaksaan.

Sardi, pemuda yang diduga sering menilep uang donasi dan akan dimintai keterangan oleh Kejaksaan, sudah tiga hari panas tinggi. Bahkan Sardi BAB darah.

Mastur, Kamso, Dalimin dan beberapa orang lainnya tiba-tiba jatuh sakit. Mereka terbaring kaku di tempat tidur. Mereka sudah ketakutan luar biasa karena rencana pemeriksaan kejaksaan.

Orang-orang yang sakit itu, menghardik Aman berkali-kali. Mereka merasa Aman adalah sumber masalah.

Tapi bagi warga biasa, Aman dianggap cerita lalu. Biasa saja. "Lagipula apa pernah aku nilep duit dari Aman," kata Roso, salah satu warga.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun