Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Maroko Rasa Eropa Bisa Jegal Argentina

20 Juli 2024   06:25 Diperbarui: 20 Juli 2024   06:57 1558 11


Maroko akan jadi lawan perdana Argentina di ajang sepak bola pria Olimpiade 2024. Kedua tim akan bertanding pada 24 Juli 2024 mulai pukul 20.00 WIB. Maroko yang rasa Eropa bisa saja jegal Argentina.

Argentina dan Maroko berada di grup B ajang sepak bola pria Olimpiade 2024. Selain dua negara itu, ada juga Irak dan Ukraina. Empat tim itu adalah tim U23 dan boleh membawa tiga pemain senior. Nantinya hanya dua tim teratas klasemen akhir grup B yang berhak lolos ke perempatfinal.

Di atas kertas, Argentina tentu diunggulkan untuk lolos ke fase perempatfinal. Pasalnya, mereka memiliki skuad yang cukup mewah.

Ada empat alumnus Piala Dunia 2022 yang kini ada di skuad Argentina Olimpiade. Mereka adalah kiper Geronimo Rulli, bek Nicolas Otamendi, penyerang Thiago Almada, dan penyerang Julian Alvarez.

Selain itu, Argentina masih punya calon bintang Claudio Echeverri. Echeverri adalah pemain muda yang menonjol kala bermain pada Piala Dunia U17 tahun 2023 di Indonesia.

Sekali lagi, dengan skuad itu, Argentina memang dijagokan lolos ke babak perempatfinal. Bahkan tentu juga dijagokan akan jadi juara grup B.

Tapi jalan Argentina tak bakal mulus. Maroko yang jadi lawan pertama adalah tim yang dipenuhi orang Eropa. Dikutip dari berbagai sumber, banyak pemain Maroko yang kelahiran Eropa dan meniti karier di Eropa.

Ada kiper senior Munir Mohamedi yang kelahiran Spanyol dan lama meniti karier di Eropa. Ada bek andalan senior Achraf Hakimi yang lahir di Spanyol dan meniti karier di Eropa.

Ada bek Zakaria El Ouahdi yang lahir di Belgia dan kini main di Genk, Belgia. Musim lalu dia sudah main 14 kali di Liga Belgia.

Ada bek Ayman El Wafi yang lahir di Italia dan kini main di Lugano Swiss. Mehdi Boukamir yang main di belakang adalah kelahiran Belgia dan main di Charleroi Belgia. Bahkan Mehdi pernah main untuk Belgia di kelompok umur 18 dan 19.

Kemudian ada gelandang Oussama Targhalline yang sekalipun lahir di Maroko, dia kini bermain di Le Havre Prancis. Ada gelandang mungil Benjamin Boucouari yang lahir di Belgia dan kini main di St Etienne, Prancis.

Ada Oussama El Azzouzi yang lahir di Belanda dan main di Bologna. Musim lalu dia main 18 kali bersama Bologna di Liga Italia. Bologna seperti diketahui masuk papan atas Liga Italia musim lalu.

Ada gelandang Amir Richardson yang lahir di Prancis dan kini main di Reims, Prancis. Ada gelandang Yassine Kechta yang lahir di Prancis dan main di Le Havre, Prancis.

Gelandang menyerang Bilal El-Khannouss lahir di Belgia dan kini main di Genk. Ada Abdi Ezzalzouli yang mantan pemain Barcelona dan kini main di Real Betis. Ezzalzouli lahir di Belgia.

Ada penyerang sayap Ilias Akhomach yang lahir di Spanyol dan musim lalu main 31 kali bagi Villarreal. Ada Eliesse Ben Seghir yang lahir di Prancis dan kini main di Monaco.

Fenomena Maroko rasa Eropa ini tentu bisa menjegal Argentina. Sebab bagaimanapun, para pemain rasa Eropa itu ditempa di tempat yang bagus.

Bahkan beberapa di antaranya sudah sering main di liga. Artinya, sekalipun berusia U23, mereka sudah mendapatkan kepercayaan di tim senior level klub.

Maroko bisa saja menekuk Argentina dan memberikan kejutan seperti yang dilakukan timnas seniornya di Piala Dunia 2022.

Berubah

Fenomena Maroko adalah fenomena perubahan dunia sepak bola. Negara mulai memanfaatkan para diasporanya untuk membela timnas.

Bahkan di skuad Maroko U23 plus ini, lebih dari 70 persen adalah mereka yang lahir di Eropa. Artinya mereka adalah sosok yang hidup dengan lingkungan Eropa, bukan lingkungan di Maroko.

Hanya saja, para pemain diaspora Maroko ini seperti bukan orang Eropa karena namanya memang masih berbau Maroko. Bahkan jika hanya melihat namanya saja, maka akan mengira mereka adalah orang yang lahir dan besar di Maroko.

Fenomena Maroko ini tentu bukan fenomena tunggal. Beberapa negara lain telah memanfaatkan diasporanya untuk bermain di timnas. Dan hal itu dibolehkan.

Filipina malah jauh lebih dahulu memanfaatkan diasporanya. Maka, jika Indonesia kini memanfaatkan para diaspora, ya memang dunia sepak bola bergerak ke sana.

Tinggal bagaimana, para diaspora itu bisa mendorong secara langsung atau tidak langsung agar sepak bola dalam negeri bergeliat lebih baik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun