Lamine Yamal dan juga Nico Williams jadi pemain inti Spanyol di Piala Eropa 2024. Alejandro Garnacho kerepoten menembus skuad inti Argentina di Copa America 2024.
Lamine Yamal, Nico Williams, dan Alejandro Garnacho adalah pemain muda. Yamal masih 16 tahun, Nico 21 tahun, Garnacho 20 tahun. Ketiganya sama-sama main di sayap. Bedanya Nico dan Garnacho di sayap kiri, sementara Yamal di sayap kanan.
Ketiganya bisa dikatakan calon bintang masa depan. Tapi nasib ketiganya berbeda di timnas. Yamal dan Nico jadi starting di Spanyol pada Piala Eropa 2024. Banyak pemain lebih senior dari mereka di posisi sayap.
Di skuad Spanyol pada Piala Eropa 2024 ada Ferran Torres dan Ayoze Perez yang lebih senior dari Yamal dan Nico. Tapi pelatih Spanyol Luis de la Fuente memberi kepercayaan pada Yamal dan Nico. Keduanya sampai sejauh ini memuaskan.
Yamal dan Nico adalah investasi luar biasa dari Fuente. Setidaknya dua tahun lagi jika Spanyol main di Piala Dunia, Yamal dan Nico akan matang. Di Piala Eropa empat tahun lagi, keduanya akan makin matang di usia yang masih sangat muda.
Tapi cerita Yamal dan Nico beda dengan Garnacho. Sampai sejauh ini Garnacho belum jadi pemain inti di timnas Argentina. Di ajang Copa America, Garnacho jadi pemain inti sekali kala laga akhir grup. Selebihnya dia akrab dengan bangku cadangan.
Posisi Garnacho biasanya di sayap kiri. Dia bisa dikatakan pemain sayap murni. Tapi pelatih Argentina memang jarang memakai sayap murni di kiri.
Lionel Scaloni sering memasang Nico Gonzalez sebagai gelandang kiri atau sayap kiri. Atau bisa juga memasang Julian Alvarez di kiri. Praktis memang kesannya Scaloni enggan memakai sayap murni. Pengecualian di kanan yang biasanya diisi Messi atau Di Maria.
Selain itu, Scaloni sepertinya memang tak terlalu mau ambil risiko memainkan pemain baru. Dia lebih senang memasang pemain yang membawa Argentina juara Piala Dunia 2022.
Tengok saja Tagliafico dan Marcos Acuna yang sudah di atas 30 tahun, masih jadi andalan di pertahanan sisi kiri.
Jadi, sepertinya Garnacho harus lebih keras lagi di Manchester United. Sehingga bisa meyakinkan Scaloni untuk memasangnya.
Jadi memang beda cerita antara Nico-Yamal dengan Garnacho. Yang tentu akan menarik adalah dinamika beberapa tahun ke depan. Jika Yamal dan Nico konsisten serta Garnacho mulai dapat tempat, maka akan ada dinamika menarik. Dalam dua tahun ke depan, bisa jadi kita akan melihat sayap-sayap muda menghiasi Piala Dunia 2026.