Butuh orang gila untuk membangun sepak bola putri. Gila di sini adalah orang yang benar-benar di luar kebiasaan, buka orang yang sakit jiwa.
Orang di luar kebiasaan adalah mereka yang mau mencurahkan pikiran, tenaga, bahkan harta untuk sepak bola putri. Bisa saja ada kelompok gila yang mencurahkan tenaga, kelompok yang hilang mencurahkan harta, dan kelompok yang gila mencurahkan pikirannya.
Mengapa butuh orang gila? Karena sepak bola putri kita jauh tertinggal dari negara lain. Dengan Filipina saja kita dihajar habis-habisan.
Potret ketertinggalan sepak bola putri kita terlihat di timnas putri di Piala Asia senior pada 2022 lalu. Saat itu, Indonesia jadi lumbung gol.
Kala itu dalam tiga laga melawan Australia, Thailand, dan Filipina. Dalam tiga laga total Indonesia kebobolan 28 gol dan tak mencetak gol.
Kemudian di Piala Asia U17 yang kini sedang berlangsung, Indonesia jadi lumbung gol. Itu adalah potret tertinggalnya sepak bola putri Indonesia.
Bagaimana?
Lalu bagaimana? Ya perlu diperbaiki dan ada jenjang kompetisi yang jelas. Membangun kompetisi pun perlu dari umur belia sampai senior.
Pertanyaannya, berapa perempuan yang ingin atau senang bermain bola? Kalau nonton bola saya pikir banyak wanita yang suka, tapi kalau yang mau main sepak bola ada berapa? Dari yang main, berapa yang punya teknis dasar?
Nah butuh sosialisasi massif, lalu kompetisi. Kompetisi yang paling mudah sebenarnya adalah kompetisi kontinu antar sekolah, jika SSB perempuan belum ada.
Nah untuk kompetisi, butuh dana. Apakah PSSI ada duit? Entahlah. Tapi yang saya lihat dari dulu. Kompetisi level bawah itu banyak orang yang merogoh gocek sendiri untuk ngurusi tim. Nah itu adalah contoh orang gila yang mau mengeluarkan harta.
Tantangannya adalah adalah mereka yang gila mau mengeluarkan harta untuk sepak bola wanita?
Selain harta, juga perlu manajemen dan pemikiran lebih komprehensif mau seperti apa kompetisi dibuat. Belum lagi perlu orang gila yang mau melatih tim bola wanita yang saya yakini teknis bermain mereka masih kurang.
Jadi, masih banyak PR yang harus dilakukan oleh banyak pihak untuk kemajuan sepak bola putri.
Naturalisasi
Khusus untuk sepak bola putri karena memang dari nol atau bahkan minus, yang perlu dilakukan adalah membangun benar-benar dari awal dan membutuhkan orang gila.
Untuk sepak bola putri saya pikir tak perlu naturalisasi untuk timnas. Sebab ekosistemnya memang belum memadai. Saya tak yakin naturalisasi akan bisa membantu. Kecuali 22 pemain timnas naturalisasi semua, mungkin akan berprestasi. Tapi hal itu akan jadi menara gading yang sulit diteruskan. Sebab ekosistem sepak bola putri belum memadai, beda dengan sepak bola putra.
Jadi memang butuh orang gila untuk membangun sepak bola putri. Membangunnya pun tidak setahun dua tahun. Dengan situasi saat ini, mungkin 10 tahun baru kelihatan.