Khususnya performa pertahanan Indonesia yang mudah dirobek oleh Turkmenistan. Untungnya, performa para penyerang Turkmenistan juga buruk. Â Sehingga mereka tak bisa membuat gol.
Performa lini belakang yang mengkhawatirkan setidaknya ada dua hal. Pertama adalah kesalahan sendiri. Seperti kiper Indonesia Nadeo yang membuang bola atau mengumpan bola malah ke pemain Turkmenistan. Untungnya bola itu tak berujung gol.
Kedua lini belakang terlihat keropos. Setidaknya tak ada yang melapisi tembok di depan duo Jordi Amat dan Sandy Walsh. Indonesia seperti tak memiliki gelandang bertahan atau kurang orang di belakang.
Fenomena itu terjadi setelah Shin Tae-yong memilih memainkan empat bek di awal babak kedua. Alfeandra Dewangga ditarik keluar diganti Egy Maulana Vikri.
Sistem empat bek sejajar ternyata membuat lini belakang Indonesia terlihat rapuh. Belum lagi tak ada gelandang bertahan yang turun.
Sampai kemudian pada akhirnya Indonesia seperti memainkan enam bek untuk mengamankan pertahanan. Ada Jordi Amat, Wahyu, Rahmat Irianto, Andy Setyo, Edo, dan Asnawi.
Mungkin Shin Tae-yong akan kembali berpikir memainkan empat bek melawan tim yang setara atau di atas Indonesia. Sebab, memainkan empat bek dengan beberapa pemain tidak rajin menopang pertahanan, hanya berpotensi memunculkan petaka.
