Kau tahu? Aku kemarin ke rumah Karman. Aku main ke sana lagi. Seperti biasa, dia masih dianggap tak waras. Aku juga mulai dianggap tak waras karena bermain dengan orang yang dianggap tak waras.
Saat ke rumah Karman, seperti biasa dia minum kopi dan menyedot tembakau di teras. "Segerrr," kata Karman mengawali pertemuan kami.
Karman begitu memang. Ada tamu juga tak pernah disuguhi. Dia asyik sendiri. Tapi kalau aku masuk rumahnya dan ambil minum, dia tidak protes. Karman bebas.
"Kalau kau banyak duit omonganmu tak ada yang membantah," kata Karman memulai pernyataan padaku.
"Tapi benarkah begitu?" Tanyaku.
"Ya tidak benar. Karena omongan salah jadi didiamkan. Bahkan tak ada yang bantah. Tapi itu fakta, fakta bahwa orang berduit berkuasa," kata Karman.
"Kau tahu Darso, bocah kemarin sore yang kaya raya itu. Dia buat tulisan di grup WA. Dia pernah menulis dengan judul, 'Pak Kades Jadi Gunjingan Warga'. Tapi isi tulisannya malah warga memuji Pak Kades. Kan konyol," kata Karman.
"Menggunjing itu kalau di kamus artinya memfitnah, memuji artinya memuji. Memfitnah beda dong dengan memuji. Di judul memfitnah, di isi memuji. Itu kacau," kata Karman sambil manggut-manggut.
"Kau tahu sekarang? Orang-orang mengikuti Darso. Anak-anak mengikuti Darso. Banyak yang menganggap arti dari menggunjing itu adalah memuji. Kacau," lanjut Karman berapi-api.
Karman melanjutkan dengan menggebu-gebu. "Malah ada guru-guru yang mengikuti Darso. Guru yang menulis artikel di media sosial dengan membolak-balikkan arti sebenarnya. Itu Guru Dirin, dia nulis dengan cara pandang seperti Darso. Ketika aku tanya kenapa begitu, Guru Dirin mengatakan bahwa ketika nulis seperti itu, pengunjungnya banyak. Kan kacau," kata Karman lagi.
"Coba bayangkan, murid, masyarakat, dan ada juga guru yang sudah membolak-balikkan arti kata. Ada yang demi uang. Ada yang demi pengunjung di media sosial. Semua karena Darso yang kaya itu. Kacau," kata Karman lagi.
"Tapi tidak semua orang kaya seperti itu. Tak semua orang kaya seperti Darso," kataku. Â
"Nah kan aku cerita Darso. Tak cerita orang kaya yang lain. Kaya yang aku maksud di sini ya Darso dan gerombolan yang setipe dengan dia," kata Karman yang membuatku terdiam.
Karman lalu memelorotkan sarungnya. Memelorotan celana dalamnya. Barang Karman kelihatan. "Man kamu mau apa?" tanyaku.
"Buang air kecil!" kata Karman.
"Di mana?" tanyaku.
"Ya depan teras lah," kata Karman.
"Eh jangan! Ke kamar mandi sana!" kataku.
"Oh iya... Kok kamu ngga bilang dari tadi sih," kata Karman.
Aku hanya pusing dengan pernyataan terakhir Karman. Dia lari ke rumah bagian belakang dengan telanjang. Untung tak ada yang lihat, selain aku.