Dua hal yang saya pikir 11 12 lah. Bedanya, kalau badut jalanan meminta uang ke pengendara. Tapi mereka sama-sama beraktivitas saat lampu merah menyala.
Orang yang ada di sekitaran lampu merah dan melihat fashion show atau badut, ya kemungkinan beragam pendapatnya. Mungkin ada pengguna jalan yang menganggap fashion show dan badut jalanan biasa saja. Â
Mungkin ada pengguna jalan yang tak terganggu dengan fashion show dan badut jalanan. Tapi mungkin ada saja yang terganggu. Terganggu, khawatir bisa memunculkan kecelakaan karena aktivitas di jalanan. Terganggu karena potensial membikin keruwetan di jalanan.
Ya wajar saja ketika banyak yang memiliki pandangan beragam. Namanya juga manusia. Tapi, menurutku, yang perlu sama adalah aturan dari pemerintah.
Perlu aturan yang sama bagi aktivitas jalanan. Jika fashion week jalanan dimaknai sebagai kreativitas, bandut jalanan hendaknya juga dimaknai sebagai hal yang sama.
Tapi jika badut jalanan dimaknai sebagai pelanggaran, maka fashion show juga dimaknai yang sama. Jadi, ada kejelasan tentang aturan aktivitas di jalanan. Aturan yang sama pada hal yang ada di jalanan.
Kalau diperbolehkan, ya diperbolehkan saja, dengan aturan yang memadai agar tak merepotkan aktivitas berkendara orang lain. Tapi, kalau dilarang ya dilarang saja.
Simpel sebenarnya, kan?
Saat sekolah aku masih ingat definisi administrasi publik versi David H Rosenbloom. Menurut Pak Rosenbloom, muara dari administrasi publik adalah mengatur dan melayani.
Jadi, pemerintah itu ada untuk mengatur dan melayani. Jika ada dua hal yang sama, ya diatur atau dilayani dengan cara yang sama. Jika hal yang sama tapi dilayani dan diatur berbeda, malah akan jadi polemik.
Untuk perkara sama, kalau yang satu banyak uangnya dan yang satu sedikit uangnya, apakah harus dilayani dengan cara berbeda? Nggak kan?
Untuk perkara sama, jika yang satu populer dan yang satu tak populer, apakah harus dilayani dengan cara berbeda? Nggak kan?