Sementara AFC adalah nilai, selisih gol dan produktivitas gol head to head. Soal ribetnya penghitungan, bisa dibaca tulisan saya yang ini.
Lalu, sampai tulisan saya sebelumnya, memang tak ada penjelasan resmi yang bisa dikorek tentang aturan pemeringkatan pada AFF U19 tahun ini. Kemudian, media massa online banyak memberitakan jika aturan yang dipakai pada ajang AFF tahun ini adalah aturan FIFA.
Tapi ternyata, sore ini banyak berita berubah. Media officer PSSI membeberkan jika aturan yang dipakai dalam AFF U19 kali ini adalah aturan head to head, seperti aturan AFC.
Dengan begitu, posisi Indonesia di ujung tanduk. Kemenangan berapapun Indonesia atas Myanmar, tak akan berarti jika Thailand vs Vietnam bermain seri dan mencetak gol, misalnya 1-1, 2-2, 3-3, dan seterusnya. Potensi Thailand dan Vietnam main mata juga terbuka.
Jika Indonesia menang dan Vietnam vs Thailand seri, maka nilai ketiga tim sama, yakni 11 poin. Ketika seperti itu, sesuai dengan aturan head to head, dibuat klasemen kecil antara Indonesia, Vietnam, dan Thailand.
Klasemen kecil itu hanya menghitung laga di antara ketiga tim. Maka jika Thailand vs Vietnam seri dengan gol, kedua tim lebih produktif dari Indoesia. Sebab, Indonesia tak mencetak gol ketika melawan Vietnam dan Thailand.
Apa Pelajarannya?
Pelajarannya adalah setiap pelaksana kegiatan perlu memperjelas informasi ke publik tentang sebuah ajang. Setidaknya memberi edukasi ke publik tentang aturan main.
Ini bukan kali pertama sepak bola ASEAN mengagetkan terkait aturan main. Saya masih ingat pada Sea Games 2013, Indonesia lolos ke semifinal dengan aturan head to head.
Parahnya, saat itu pelatih Myanmar (pesaing Indonesia) malah tak tahu dengan aturan head to head. Si pelatih yakin bahwa aturan yang dipakai adalah milik FIFA.
Jika minimnya informasi pada 2013 menguntungkan Indonesia, bagaimana dengan sekarang? Entahlah.