Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Sepak Bola dan Kerusuhan yang Brutal

19 Juni 2022   05:34 Diperbarui: 19 Juni 2022   05:50 649 14
Ini hanya pengalaman pribadi. Terlintas ingin ditulis setelah ada fans yang meninggal dunia di Gelora Bandung Lautan Api. Ya semoga saja ke depan, sepak bola selalu menjadi tontonan yang enak dan penonton yang beradab.

Saat masih anak-anak, aku termasuk yang tak beradab ketika masuk ke stadion. Masuk ke lapangan bola (kelas kampung), tanpa tiket. Adakalanya memanfaatkan kelengahan petugas.

Dengan badan kecil, aku menerobos di antara petugas yang sibuk ngurusi tiket. Maklum saja pintu terbuka dan hanya dihadang petugas tiket.

Tipikal anak sepertiku tentu banyak di masa itu. Ada yang nekat naik pohon tinggi untuk nonton bola gratis. Sebab pohonnya lebih tinggi dari pagar atau tembok lapangan bola.

Ada yang lebih liar. Menggedor pintu alternatif stadion hingga pintunya jebol dan penonton membludak. Kalau penonton sudah membludak, alamat kerusuhan terjadi.

Pemandangan bar bar penonton bola beberapa kali aku lihat langsung. Di usia 12 tahun, aku sudah melihat baku pukul di lapangan. Baku pukul karena ratusan suporter turun ke lapangan dan memukuli pemain lawan.

Ketika sudah rusuh, maka yang lemah akan jadi santapan. Bisa terinjak, bisa terpepet, bisa macam-macam. Teriakan tak berdaya tak bakal terdengar di tengah riuh massa yang tak terkendali.

Kau mau teriak sekencang apapun, bakal tak terdengar. Penjual di sekitar stadion juga terimbas. Dagangannya porak-poranda. Untungnya, orang-orang dewasa di tempatku selalu mengamankan anak kecil terlebih dahulu ketika ada kekacauan.

Tapi pengalamanku saat kecil itu, tak ada apa-apanya dengan pengalamanku dengan mata telanjang melihat kebrutalan oknum suporter. Tentu tak semua suporter brutal.

Saya tak akan sebut timnya. Yang jelas ini sepak bola kasta tertinggi negeri ini. Ini kejadian ketika aku sudah dewasa dan menua. Jika dulu orang ramai-ramai baku pukul, kini mereka ramai-ramai saling lempar batu.

Pemandangannya mengerikan. Dari dalam stadion, batu sebesar kepala manusia dilemparkan. Aku juga heran kenapa sampai ada batu sebesar itu di dalam stadion.

Tidak hanya sekali, tapi beberapa kali. Batu dilemparkan ke luar stadion. Itu kalau kena kepala langsung bercucuran darah kepalanya. Brutal sekali.

Mobil mobil yang diparkir di depan stadion hancur karena kena lemparan batu sebesar kepala manusia. Aku melihat itu dari area tak jauh dengan loket. Area yang terlindungi atap. Pemandangan lebih mengerikan adalah ketika penjual es campur, harus menunduk di balik gerobaknya. Menunduk sembari memakai helm.

Tentu dia tak berani lari. Sebab, ketika lari, bisa saja batu sebesar kepala dari dalam stadion menimpanya. Si pedagang itu, dagangannya hancur lebur. Tapi dia selamat.

Wah itu sangat bar bar. Mengerikan sekali, fenomena sekitar 15 tahun yang lalu itu. Saya pun berkhayal, jika ada aparat, pasti kewalahan menangani massa brutal seperti itu.

Lalu apa?

Ya hanya bisa mengatakan bahwa pertandingan sepak bola memungkinkan potensi rusuh. Apalagi antarklub yang memiliki "permusuhan" tinggi. Atau laga yang penting dan genting.

Ketika potensi itu terdeteksi, hendaknya semua yang terlibat membuat peraturan yang ketat dan peraturan itu dilaksanakan. Setidaknya potensi kerusuhan bisa sangat diminimalisir.

Saya masih ingat ketika Piala Asia 2007 di Indonesia. Saya nonton langsung laga Indonesia vs Arab Saudi. Pengamanannya benar-benar ketat.

Tak ada penjual makanan di dalam stadion GBK. Bahkan jika membawa minuman botol, maka petugas akan menyita botolnya dan minumannya dituangkan di plastik. Artinya, tak ada potensi melempar botol. Antrean tiket juga dibuat seketat mungkin.

Kembali ke pembahasan umum. Ketika pengamanan ketat, maka penonton juga harus tahu diri. Ya kalau tak punya tiket jangan masuk ke stadion. Jangan mengambil hak menonton ketika Anda tak membayar tiketnya. Jadilah penonton yang santun dan beradab.

Aku pikir potensi kerusuhan ada di manapun. Di negara yang sepak bolanya lebih baik dari kita, potensi kerusuhan selalu ada. Misalnya, Inggris, Argentina, Italia.

Maka aturan ketat dan terus memberi pemahaman bahwa sepak bola bukan ajang berkelahi adalah hal  yang penting. Terakhir, turut berduka atas wafatnya suporter di GBLA.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun