Omongannya tak pernah dibuat-buat. Dia jadi HRD di sebuah perusahaan sikat gigi. Di satu hari, Neisya ditugasi mewawancara calon pegawai kantornya.
Neisya duduk di kursi dan mempersiapkan diri. Mempersilakan tiap calon pegawai masuk. Hingga kemudian masuklah Tarno, lelaki 28 tahun yang lama menganggur.
Tarno bertubuh atletis, kulit sawo matang, hidung mancung, bermata biru, berjalan sopan. Tarno lelaki yang menjaga matanya.
Saat Tarno masuk ruangan, dia bertatapan dengan Neisya calon pewawancara. Melihat kecantikan Neisya, Tarno langsung mengalihkan pandangan ke bawah.
Wawancara pun telah dilakukan dan Tarno tak pernah sigap membalas. Omongannya terbata-bata sembari terus melihat ke bawah. Dia tak berani melihat Neisya yang anggun itu.
Sampai kemudian, pertanyaan kelebihan dan kekurangan diungkapkan Neisya. "Apa kelebihan dan kelemahan saudara?" Kata Neisya.
"Ke...le...bi...han...." kata Tarno terpotong-potong. Tarno grogi di sesi wawancara ini.
Jawaban tak tegas membuat Neisya langsung memberi tanggapan. "Kalau belum bisa jawab kelebihan, coba ungkapkan kelemahan saudara," kata Neisya.
"Saya sering grogi jika berhadapan dengan wanita yang cantik dan anggun," jawab Tarno dan kemudian dia tersipu malu, nyelonong keluar ruangan. Tarno lari melambai kegirangan. Sebab, baru kali ini Tarno bisa memuji wanita.
Tarno lari melambai pulang. Sementara muka Neisya kemerahan dipuji Tarno. Neisya melihat pujian Tarno adalah pujian tulus.
Neisya tak kuat menahan bara api di dadanya. Mungkin ini api asmara. Ditinggal Tarno, Neisya seperti itik kehilangan induknya.
Napas Neisya tersengal. Tarno telah mengguncangkan hatinya. Sejak wawancara itu, di malam-malam, dia tak bisa tidur. Dia terus membayangkan Tarno menjadi suaminya.
 Satu pekan Neisya susah tidur. Gejolak cintanya menggebu-gebu seperti jago yang memburu betinanya. "Tapi aku kan wanita," bisik Neisya dalam hati.
Tapi kobaran api cinta itu tak bisa diredam. Neisya memutuskan mencari nomor HP Tarno di berkas lamaran. Bukan mengirim pesan, tapi langsung video.
Berpakaian sangat sopan dan rapi, Neisya membuat video sangat pendek. Yang kemudian dikirimkan ke HP Tarno. "Mas Tarno, kapan kita nikah," begitu suara Neisya yang ada dalam video.
Terkirim sudah pesan video itu. Tarno yang sedang mencangkul di kebun girang bukan kepalang. Dia langsung mengiyakan untuk menikah dengan Neisya.
"Omong kosong tentang pegorbanan dalam percintaan. Cinta akan datang tepat waktunya," begitu keyakinan Tarno terbukti. Keyakinan yang tumbuh dari hati yang tulus.
***
Keduanya pun menikah dan punya tiga anak. Hidup bahagia di pinggir kota. Enak sekali cerita hidup mereka. Cerita hidup dari tulusnya hati, bukan hati yang suka memanipulasi.
***
Begitulah mimpi Neisya dan Tarno yang mirip, yang bersamaan. Keduanya belum pernah bertemu. Tapi memiliki mimpi sama. Ya, hanya mimpi.