Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi Pilihan

Runyam Jika Media Massa Online Hanya Memburu Klik

9 Februari 2022   07:33 Diperbarui: 9 Februari 2022   09:21 250 26
Hari ini 9 Februari diperingati sebagai hari pers nasional. Melihat media massa saat ini tentu banyak hal menarik yang bisa diperbincangkan. Dari mulai soal berita sampai kesejahteraan wartawannya.

Tapi, tulisan ini tak mau membahas banyak hal. Hanya membahas satu hal, yakni media massa online dan kekhawatiran jika hanya memburu pengeklik.

Setahu saya, media massa online adalah mereka yang punya struktur keredaksian yang jelas. Mereka punya pemimpin redaksi sampai wartawan. Semua nama terpampang jelas di keterangan keredaksian. Jadi kalau ada yang mengaku media massa online tapi tidak ada struktur organisasi, ya menurut saya itu tak masuk sebagai media massa online.

Media massa online juga punya kantor redaksi dengan alamat dan nomor telepon yang bisa dikonfirmasi. Media massa online memiliki wartawan yang bekerja secara kontinu. Artinya para wartawan secara kontinu tiap hari memproduksi berita, kecuali di hari dia libur.

Media massa online juga terlihat dari kontinuitas pemberitaan. Tiap hari memunculkan berita di website mereka, bukan membuat berita sepekan sekali. Apalagi jika webnya tak lagi bisa diakses, wah kalau itu sudah parah.

Lalu, apa kekhawatiran saya sebagai pembaca berita online? Kekhawatirannya adalah ketika media massa online hanya memburu viewer, hanya memburu pengeklik atau selalu mempriorotaskan pengeklik.

Mereka buat judul yang bombastis, setelah diklik, ternyata isinya jauh dari judul. Pernah saya baca tulisan tentang jadwal pertandingan sepak bola. Disebitkan di judul, salah satunya tentang jadwal pertandingan sepak bola.

Otomatis saya klik, setelah saya baca sampai selesai, dijelaskan bahwa jadwalnya belum dirilis. Saya tertawa konyol. Di judul menawarkan jadwal, setelah diklik di beritanya menyebutkan jadwal belum dirilis.

Jika media seperti itu, apa bedanya dengan informasi yang berhamburan di media sosial. Di media sosial beberapa kali saya lihat info yang menggemparkan tentang kecelakaan. Setelah diklik, ternyata itu kecelakaan beberapa bulan lalu alias sudah basi.

Coba bayangkan, jika media massa online hanya memburu klik, sama seperti media yang berseliweran di medsos, lalu pada siapa warga mendapatkan pencerahan informasi.

Coba bayangkan jika sebagian warga suka pada hal yang berbau mistis, erotis, tragis, dan tips. Lalu media massa online hanya memburu tulisan terkait empat hal itu, bagaimana coba?

Lama kelamaan media massa online tak lagi peduli dengan draf yang sedang dibahas di DPR RI atau DPRD. Kemudian secara tiba tiba masyarakat disuguhi peraturan hasil godokan pemerintah dan DPRD atau DPR yang merugikan.

Bisa saja, media massa online juga tak lagi peduli dengan masalah sosial. Bahkan baru ikut memberitakan jika sudah viral.  Kan berbahaya kalau begitu. Fungsi kontrol media massa online menjadi lemah jika hanya memburu pengeklik.

Kalau media massa online hanya berburu pengeklik terkait mistis, erotis, tragis, dan tips, pengetahuan wartawannya bisa lemah. Sebab tak paham hal lain yang juga penting. Sebab di luar empat hal itu, banyak pengetahuan yang penting dimiliki wartawan.  

Bagi saya, ketika orientasi media massa online hanya memburu pengeklik atau hanya mempriorotaskan berburu klik, maka tewaslah fungsi kontrol, tewaslah dialektika publik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun