Tanpa VAR, keputusan wasit yang aneh bisa memantik dugaan publik tentang pengaturan skor. Ada beberapa keputusan aneh dari wasit yang terjadi dalam AFF kali ini.
Saya beri contoh yang saya ingat saja. Saat Indonesia lawan Malaysia, ada pelanggaran keras yang dilakukan pemain Malaysia Baddrol di kotak penalti Malaysia. Saat itu tak ada keputusan tendangan penalti untuk Indonesia.
Saya tak terlalu ingat di mana posisi wasit saat insiden Baddrol itu terjadi. Lalu ada juga dorongan pemain Indonesia ke pemain Malaysia di kotak penalti Indonesia. Saya lupa kedua pemain yang terlibat.
Ada beberapa keputusan kecil soal pelanggaran yang merugikan Indonesia di laga melawan Malaysia. Lalu, saat laga Singapura vs Indonesia, ada adegan di mana Ricky Kambuaya dijatuhkan di kotak penalti. Tapi, ini tak memunculkan keputusan penalti.
Nah, yang terbaru dan menurut saya fatal adalah keputusan wasit Saoud Ali Al-Adba di laga semifinal Vietnam vs Thailand. Setidaknya ada dua keputusan sangat kontroversial dan merugikan Vietnam.
Di babak kedua akhir ada momen penyerang Thailand Supachai Chaided yang mendorong pemain Vietnam di kotak penalti Vietnam. Tapi justru Thailand yang mendapatkan tendangan penalti.
Untungnya penalti itu tak masuk. Yang parah lagi adalah handball pemain Thailand di kotak penaltinya sendiri. Momen itu terjadi setelah momen Thailand dapat penalti.
Nah momen habdball pemain Thailand itu tak berbuah penalti untuk Vietnam. Padahal momen handball itu terjadi di dekat wasit Al-Adba.
Apakah momen-momen aneh keputusan wasit di AFF kesengajaan atau kesalahan manusiawi? Tak tahulah. Bisa saja keputusan itu memang di luar kemampuan manusiawi.
Tapi, momen seperti di atas hanya membangun dugaan soal pengaturan skor. Dugaan yang tak enak didengar. Tak enak didengar bagi pelaku sepak bola atau pendukung.
Harusnya, di even bergengsi Asia Tenggara, VAR sudah digunakan. VAR tentu tidak akan menghapus kontroversi. Tapi, VAR meminimalisir kontroversi. VAR meminimalisir dugaan miring misalnya seperti pengaturan skor.
Masa ajang terakbar di Asia Tenggara berasa seperti liga kasta rendah yang tak memakai VAR?
