Petani banyak ragamnya. Salah satunya adalah petani padi. Tulisan ini hanya ingin menulis tentang petani padi.
Kalau petani non padi milenial sepertinya banyak bermunculan. Seperti petani sayuran yang bisa berproduksi di lahan depan rumah. Dengan area sedikit apalagi memakai air, maka banyak milenial yang mau. Sepertinya begitu.
Nah yang saya harapkan adalah adanya petani padi milenial. Dari beberapa tempat yang saya pernah datangi, saya sering bertemu petani padi.
Saat saya bertanya soal sumber daya manusia petani padi, maka tak ada anak milenial. Petani padi mayoritas berusia 50-an tahun. Tentu miris ketika sangat sedikit regenerasi petani padi.
Sebab, kebanyakan kita menjadikan nasi sebagai makanan pokok. Apa jadinya jika tak ada regenerasi petani padi? Bisa jadi kita akan jadi negara pengekspor padi, padahal lahannya luas. Itu ironis!
Dari ngobrol-ngobrol, menjadi petani padi bukan impian. Para pemuda lebih suka kerja kantoran. Pendapatan pun tidak seberapa. Bahkan ada yang bilang, petani itu tidak prestisius, mending jadi YouTuber.
Apalagi jadi petani padi tidaklah mudah. Harus membajak sawah sedemikian rupa, membutuhkan pengairan yang memadai, melawan hama yang masif. Itu jelas tak mudah. Belum lagi kalau panen, harga padi anjlok.
Nah, lalu bagaimana supaya milenial mau menjadi petani padi? Dari proses produksi sampai pemasaran dimodernisasi dan dibenah.
Misalnya dalam hal membajak sawah. Saya tak yakin anak muda sekarang mau memeras keringat untuk membajak sawah. Saya tak yakin pemuda kini mau mengoperasikan traktor secara manual.
Maka, menarik jika pemerintah menggalakkan traktor remote control. Soalnya saya pernah lihat ada traktor remote control. Cara kerja seperti itu akan sangat disenangi oleh pemuda.
Misalnya contohnya begitu. Artinya ketika kerja fisik yang keras bisa diganti dengan alat, maka bisa menarik milenial jadi petani padi.
Lalu pemerintah membereskan tata niaga padi. Jangan sampai ada mafia dan membuat harga anjlok. Jangan sampai ada juga mafia pupuk bersubsidi. Saya yakin jika ada pembenahan dan modernisasi, petani padi milenial akan muncul.
Saya hanya khawatir, di negeri yang subur dan bisa menjadi raja padi dunia, Indonesia malah memble karena regenerasi. Lebih sedih lagi jika sawah sudah menyempit dan hilang diganti "tanaman beton".