Net-Zero Emissions dari yang saya baca di forestdigest.com adalah emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya sehingga tak ada yang menguap hingga ke atmosfer.
Kalau sampai menguap hingga atmosfer, maka ada pemanasan global. Ada enam emisi yang bisa menyebabkan pemanasan global itu, yakni Metana, Nitrat oksida, Perfluorokarbon, Hidrofluorokarbon, Sulfur heksagluorida, dan Karbondioksida.
Apa efek dari pemanasan global? Ya mencairnya es dan naiknya permukaan air laut sehingga daratan tenggelam. Selain itu, menghangatnya bumi membuat tanaman sulit bertahan hidup. Padahal tanaman adalah sumber makanan manusia dan hewan. Itulah secuil efek pemanasan global yang saya kutip dari bulelengkab.go.id.
Jika air laut naik, maka daerah pesisir lautan akan tenggelam. Sederhana pikiran saya seperti itu. Jika bumi terus panas maka tanaman susah bertahan hidup.
Ketika sumber makanan berkurang, maka bisa muncul pertikaian antarmanusia. Bahkan bisa saja muncul peperangan karena sumber makanan berkurang akibat pemanasan global.
Masih banyak efek buruk dari pemanasan global. Efek buruk itu bisa dicegah dengan aktivitas kita yang ramah lingkungan. Misalnya tak menggunakan listrik berlebihan. Hematlah menggunakan listrik. Listrik berpengaruh pada pemanasan global karena pembuatan listrik melalui pemanasan.
Penghijauan juga perlu dilakukan. Sebab, pohon membutuhkan Karbondiosida. Adanya banyak pohon akan menyerap Karbondioksida yang dihasilkan manusia.
Jika jumlah pohon memadai, maka Karbondioksida yang dihasilkan manusia akan terserap dengan baik dan tak terlepas ke atmosfer. Sederhana yang bisa kita lakukan untuk Net Zer-Emissions.
Ya, penghematan listrik dan penghijauan adalah dua contoh di antara banyak contoh upaya melawan pemanasan global. Saya pikir sosialisasi penghematan listrik sudah sering dilakukan. Penghijauan juga sering disosialisasikan.
***
Saya pikir waktunya untuk makin mendorong diri kita agar berperilaku ramah lingkungan. Salah satu dorongan itu adalah meresapi tiap keceriaan anak kecil.
Tengoklah keceriaan foto-foto masa lalu ketika anak mandi di sungai. Tengoklah keceriaan anak-anak ketika bermain sepeda. Tengoklah keceriaan anak main kereta-keretaan.
Tengoklah keceriaan anak berlari-lari dengan baju yang penuh dengan lumpur. Tengoklah anak-anak yang tertawa ria terkekeh dengan gigi yang belum utuh.
Bagi yang sudah punya anak, pandangilah anakmu yang sedang ceria, yang sedang tidur pulas karena kelelahan bermain.
Keceriaan anak adalah keceriaan yang otentik. Keceriaan yang tak dibuat-buat. Bayangkan jika kelak di satu hari, foto anak-anak bermain di sungai hanya jadi legenda karena bumi makin panas dan anak-anak enggan ke sungai karena keluar rumah pun panas tak ketulungan.
Bayangkan, anak-anak di masa yang akan datang tak lagi terlihat ceria di luar rumah. Mereka terpenjara di rumah karena lingkungan makin panas dan tak menyehatkan.
Bayangkan jika keceriaan anak-anak di pesisir pantai sirna karena daerahnya kelak 20 tahun yang akan datang tenggelam sebagai efek pemanasan global.
Bayangkan jika calon cucu Anda, darah daging Anda, 30 tahun yang akan datang jadi robot yang tak leluasa menikmati bumi. Tak leluasa karena keserakahan kita hari ini.
Maka, perlu luangkan waktu, meresapi sejenak keceriaan anak. Agar keceriaan itu terus beranak pinak puluhan tahun yang akan datang.
Jadi, ketika ada lampu yang nyala dan tak berguna, segeralah matikan, sembari membayangkan keceriaan anak cucu kita di masa datang. Hijaukan bumi sembari membayangkan keceriaan anak tetap lestari.
Resapilah keceriaan anak-anak, lalu mari kita ramah lingkungan. Hal itu agar puluhan tahun yang akan datang, kita tak hanya mewariskan lingkungan yang ramah, tapi juga mewariskan keceriaan pada anak-anak.
Kita tak hanya menjaga titipan anak cucu berupa lingkungan yang sehat, tapi juga menjaga titipan Tuhan agar terus ceria sepanjang masa.