Rangkap tugas itu ada yang dalam kerangka positif dan ada yang dalam kerangka negatif. Saya mau nulis terkait rangkap tugas dalam kerangka negatif.
Rangkap tugas (negatif) terjadi karena banyak hal. Salah satunya karena ada pekerja yang malas. Jengkel rasanya ketika mendapatkan rangkap tugas karena yang lain malas.
Saya pernah lama kerja di kantoran. Walaupun kerjanya lapangan, ya kalau mau pulang, harus ke kantor dulu. Nah, fenomena rangkap kerja karena ada yang malas itu pernah terjadi.
Ceritanya begini, si B adalah pekerja yang malas. Dia malas bisa karena malas, bisa karena punya backing atasan paling atas. Merasa dekat dengan atasan paling atas, maka dia malas.
Nah, si A adalah atasan langsung si B. Jika si B malas, maka si A akan mencari yang lemah untuk disuruh. Siapa yang lemah? Ya mereka yang masih junior atau mereka yang mudah disuruh.
Akhirnya yang junior atau yang mau disuruh itu mendapatkan pekerjaan rangkap. Nah, itulah yang tak mengenakkan. Biasanya mereka yang lemah ini ketika dapat tugas rangkap, gajinya tidak rangkap hehe.
Situasinya kadang memang, mereka yang rajin akan terus dimanfaatkan alias dapat banyak kerjaan. Bahkan tak akan naik jabatan. Kalau naik jabatan tak ada yang mengganti hehe.
Kalau kamu ada di posisi dapat tugas rangkap seperti itu bagaimana? Ya kalau mau melawan silakan. Tapi jika atasanmu adalah tipe orang yang tak berani pada yang malas, dia bisa mencari pelampiasan pada yang lemah.
Ketika yang lemah melawan, maka siap siap untuk mendapatkan sanksi tak terduga. Misalnya pindah divisi yang berat. Biasanya seperti itu. Itulah contoh organisasi yang tak sehat.
Usulku, mending mencari tempat kerja yang lain. Tempat kerja yang profesional. Tempat kerja yang tak memberi tempat pada yang malas, pada yang semena-mena.
Apalagi jika kamu masih muda. Cepat cari yang lain. Tempat kerja dengan organisasi tak beres hanya akan jadi virus bagi para pekerja muda.