Alasan pemerintah sangat rasional. Covid-19 belum reda, potensi gelombang Covid-19 sangat mungkin terjadi. Fenomena India juga jadi salah satu penguat alasan. Artinya jika kerumunan tak terkendali, gelombang Covid-19 seperti di India bisa terjadi.
Tapi, imbauan, seruan, dan semacamnya itu tak bergigi. Setidaknya jika melihat bagaimana ribuan pemudik pakai motor memblokade jalan. Saya baca pun, aparat membuka jalan, dan coba menyekat di penyekatan selanjutnya. Tapi serbuan pemudik itu tak bisa dibendung.
Saya pikir imbauan pemerintah telah diabaikan oleh para pemudik. Di sisi lain, saya tidak mendengar para oposan pemerintah untuk menyerukan tak mudik. Setidaknya para tokoh vokal yang kritis pada pemerintah hendaknya menyerukan juga imbauan tak mudik.
Atau mungkin melawan hasrat pemudik yang membuncah adalah kerugian secara politik? Mungkin seperti itu.
Saat ramai pemudik melawan, saya juga tidak dengar para politisi memberi seruan. Mungkin juga ini tak menguntungkan secara politik. Tak menguntungkan secara politik jika melawan para pemudik yang melawan itu.
Mengetahui bahwa banyak pemudik yang positif juga mengerikan. Saya baca di detik.com, 60 persen pemudik positif. Kau bayangkan saja, mereka yang positif pulang kampung. Mereka mentransfer Covid-19 ke kampung.
Kalau pemudik makin banyak, wah saya jadi khawatir apa yang terjadi di India, akan dialami Indonesia. Apalagi ketika pemudik itu banyak yang positif Covid-19.
Orang-orang di kampung yang tak tahu apa-apa, bisa bisa positif juga. Bayangkan bagaimana nyeseknya jika di kampung yang damai, yang menjaga jarak, yang berusaha sehat, jadi berantakan karena ada pemudik yang positif.
Susah memang...