Ini adalah cerita yang saya rangkum dari ingatan saya. Cerita pertama adalah seorang yang sukses sebagai pebisnis. Tentu bisa didefinisikan seorang yang kaya.
Dia mungkin waktu kecilnya adalah orang biasa atau mungkin malah kekurangan. Karena kerja keras, akhirnya kaya. Nah satu ketika si pebisnis ini benar-benar sangat ingin memakan makanan yang dijual oleh penjual di pinggir jalan.
Makanan itu adalah makanan anak-anak. Mungkin dia ingin bernostalgia memakan makanan anak-anak yang sederhana. Padahal dia sudah tua, hehehe.
Kenapa tak membuat makanan itu sendiri. Atau minta dibuatkan pembantu, istri, dan anaknya. Katanya, sensasi jajanan di pinggir jalan itu berbeda. Dia benar-benar ingin membeli makanan anak-anak itu.
Tapi dia bingung bagaimana cara membelinya. Dia berpikir, masa harus jalan kaki ke pinggir jalan membeli makanan anak-anak? Kan bagaimana begitu. Masa orang kaya ke pinggir jalan beli makanan anak-anak.
Akhirnya, dia merasa tak mungkin untuk membeli sendiri. Tapi, apakah dia akan meminta bantuan pegawainya atau OB perusahaannya hanya untuk membeli makanan di pinggir jalan? Nanti kalau si pegawai bertanya untuk siapakah makanan itu, tentu akan kerepotan menjawab.
Sampai beberapa waktu lalu. Orang kaya itu memendam perih belum bisa membeli makanan anak-anak di pinggir jalan. Sebenarnya ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan makanan di pinggir jalan. Tapi, mungkin dia sudah buntu, banyak yang dipikirkan.
Cerita kedua, ada orang kaya yang sangat sibuk, kemudian cemburu dengan tukang becak. Pasalnya, tukang becak itu bisa tidur mendengkur di becak dengan lelapnya.
Sementara dia yang sukses, tiap malam kesulitan tidur karena banyak yang dipikirkan. Tidur pulas seperti barang mahal. Padahal, kasurnya tentu lebih empuk daripada becak.
Tapi memang, tak semua orang kaya seperti itu. Ya hidup memang macam-macam. Di sisi lain, saya sering mendengar bagaimana banyak orang sangat ingin menjadi kaya raya.
Katanya, karena punya uang, maka persoalan hidup dengan sendirinya teratasi. Uang bagi mereka adalah hal yang mahal. Uang bagi mereka merupakan benda nikmat tapi sedikit dimiliki.
Hidup memang begitu. Berjalan seperti kelokan, tak bisa ditebak, tak bisa dipastikan. Maka, jalani saja sembari berdoa dan berpikir. (*)