Awalnya saya menduga jika PDIP akan ngotot Pilkada serentak pada 2024. Hal itu dilakukan agar kans Anies untuk menang makin tipis. Soal ini bisa dibaca pada tulisan saya di sini.
Tapi, kini saya punya dugaan lain. PDIP sepertinya akan ikut mendorong Pilkada dilaksanakan pada 2022 dan 2023. Ada alasan terkait Jakarta dan selain Jakarta. Alasan terkait Jakarta, PDIP ingin mengalahkan Anies sesegera mungkin.
Caranya, sudah bisa dilihat geliat dari Menteri Sosial Tri Rismaharini. Risma, begitu biasa disapa, mungkin memang diplot untuk bertarung di Jakarta melawan Anies. Risma dengan segala rekam jejaknya berpotensi mengalahkan Anies.
Jika Anies tak maju di Pilkada DKI Jakarta karena kurang dukungan, saya pikir Risma akan lebih melenggang. Apa untungnya jika PDIP mengalahkan Anies di Jakarta? Kemenangan di Jakarta tentu akan memberi kekuatan lebih pada PDIP untuk berlaga di Pilpres 2024.
Kepentingan di luar Jakarta? Jelas PDIP memburu kekuasaan di daerah. Itu akan jadi modal besar meraup suara di pileg dan pilpres 2024. Ingat, pada 2024 Jokowi bukan lagi calon.
Ketika PDIP kehilangan Jokowi, maka mereka perlu mendapatkan porsi kekuasaan di daerah dengan signifikan. Sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan di Pilpres 2024.
Saya pikir pelaksanaan pilkada 2022 dan 2023 adalah yang diidamkan semua parpol. Mereka akan memburu kekuasaan sekaligus menyiapkan diri untuk 2024.
Tulisan saya sebelumnya menduga jika ada dua kubu dalam revisi UI Pilkada. Kubu pertama adalah yang sepakat pilkada serentak 2022 dan 2023. Kubu kedua adalah yang sepakat pilkada serentak 2024.
Sekarang pikiran saya berubah. Semua parpol akan mendukung pilkada serentak 2022 dan 2023. Kenapa? Ya untuk amunisi maksimal guna kontestasi berat di pileg dan pilpres 2024. (*)