Bukan hanya ujung tombak dan ujung tombok, bos pun harus siap diporotin bawahannya dan masyarakatnya. Khususnya bawahan dan masyarakat yang oportunis ya. Kalau bawahannya dan masyarakatnya normal, mana pemorotan itu tak ada.
Diporotin yang saya maksud adalah diperas duitnya. Ada beberapa kasus yang saya ketahui ketika atasan diporotin bawahannya. Ini saya lihat saat saya masih jadi pekerja beberapa waktu lampau.
Jadi kalau atasannya jalan dengan bawahan untuk urusan yang bukan kerja, aksi pemorotan itu terjadi. Padahal, jalan ini bukan dari inisiatif atasan. Jadi kalau pas jalan pakai mobil itu, si bawahan nyeletuk, "kayaknya sate kambingnya enak," kata bawahan.
Nah, pernyataan itu seperti kode yang menjengkelkan. Tak masalah kalau bosnya atau pemimpinnya kaya raya, kalau pas pasan? Kadang beberapa teman pimpinan pun menepi ke warung sate, makan-makan. Nah ini biaya tak terduga yang nilainya wahhh.
Lain waktu, untuk urusan lain, juga seperti itu. Diporotin lagi. Dipikirnya atasan ini sumber duit hahaha. Susah memang punya bawahan bermental peminta. Nanti kalau ada acara apa gitu, atasannya diporotin.
Nah, kalau pas lagi jelang lebaran, ada juga atasan yang mengeluarkan dana pribadinya untuk memberi THR pada bawahan. Kata bawahannya, "pemimpin dulu saja juga memberi THR," begitu katanya. Kasus ini saya ketahui dari seorang teman yang bercerita ke saya.
THR di jelang Lebaran itu lebih sering berbentuk parsel. Dia bilang, repot di masa seperti ini diporotin seperti itu. Bawahan yang tak tahu diri, kadang meminta seperti penagih utang di masa deadline. Meminta dengan kesan memaksa.
Itu baru di lingkungan kerja. Di lingkungan masyarakat, jika masyarakatnya adalah kelompok yang suka memanfaatkan, akan morotin si bos juga. Tiap ada event diminta duit dan dipaksa untuk memberi dengan nilai lebih.
Maka, menjadi bos memang kadang menghadapi seperti itu, biaya tak terduga. Repotnya lagi kalau si bos ini tak kaya dan tak punya bisnis sampingan, sangat parah kondisi keuangannya.
Kalau si bos tidak terlalu kaya, maka di situlah sumber korupsi atau penggelapan muncul. Agar bisa memberi harta pada bawahan dan masyarakat, maka si bos memanfaatkan jabatannya untuk mengeruk uang.
Uang itu, yang nantinya untuk biaya agenda tak terduga. Duit bisa diminta dari masyarakat atau pelanggan agar pundi-pundi si bos membengkak dan cukup untuk biaya tak terduga.
Perputarannya seperti itu. Bawahan dan masyarakat yang suka morot, akan morotin atasan. Atasannya kekurangan dana, akhirnya morotin siapa saja yang memungkinkan agar bisa siap ketika diporotin bawahan dan masyarakat. Akhirnya korupsi, pemerasan, dan penggelapan terjadi dan menjerat si bos.
Itu adalah lingkaran setan yang mengerikan. Ada juga bukan lingkaran setan. Yakni saat hanya si bos saja yang culas. Sewaktu menjadi bos, dia keruk duit habis-habisan, padahal bawahan dan masyarakatnya tak pernah morotin. Itu juga parah sekali.
Parah juga, ketika si bos tukang morotin orang, tapi kalau diminta berkontribusi acara positif selalu mengelak. Duit diburu entah sampai mana, bahkan dengan cara tak benar. Lalu dimakan sendiri. Bahkan kentut saja tak mau karena itu bentuk pengeluaran hehe. Nanti ketika tua jadi merana, sakit-sakitan karena tubuhnya tak mampu menahan beban kesalahan saat masih sehat. Begitulah dunia. (*)