Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Bisakah Denny Siregar-Said Didu Bersatu di Mahligai "Kebebasan Berpendapat"?

6 Mei 2020   15:48 Diperbarui: 6 Mei 2020   15:46 96 3
Pengamat media sosial Denny Siregar sedang berpolemik dengan Partai Demokrat. Pasalnya, Denny dinilai membully Almira, anak Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Kader Partai Demokrat berencana menempuh jalur hukum atas cuitan Denny Siregar di dunia maya tersebut. Jalur hukum kemungkinan akan ditempuh jika kedua belah pihak bersikukuh dengan pendapatnya.

Jika polemik Denny masih berstatus "akan ke jalur hukum", tidak demikian dengan polemik Said Didu dengan Luhut B Pandjaitan. Eks Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu sudah dipolisikan oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan.

Pokok masalahnya Luhut merasa dicemarkan nama baiknya oleh Said Didu di dunia maya. Pernyataan Said Didu yang menuding Luhut hanya memikirkan uang adalah pangkal persoalannya.

Tentu dua kasus itu beda. Namun, bagi mereka yang mengagungkan kebebasan berpendapat, maka dua kasus itu dalam ranah kebebasan pendapat. Nah, dalam kerangka kebebasan pendapat itu, Denny Siregar dan Said Didu bisa bersatu.

Mereka bisa bersatu dalam mahligai kebebasan berpendapat. Jika hal itu terjadi, maka akan jadi modal bagus bagi mereka yang terus mendengungkan kebebasan berpendapat.

Saya pikir baik Denny Siregar atau Said Didu (sekalipun haluan politiknya terkesan beda) tentu bisa berdialog. Keduanya bisa berbicara dari hati ke hati soal perlunya kebebasan berpendapat.

Tapi kan masalahnya, keduanya mau apa tidak bersama dalam mahligai kebebasan berpendapat. Ya saya pikir Rocky Gerung yang sangat menjunjung kebebasan berpendapat bisa memfasilitasi keduanya.

Tapi memang perlu usaha keras untuk menyatukan mereka karena beda pandangan politik. Said Didu dikenal sangat vokal pada pemerintahan Jokowi. Dia kritik semuanya dari pemerintahan Jokowi. Sementara, Denny Siregar dikenal berada di barisan pendukung pemerintahan.

Jika ada ajakan bersatu dengan Denny Siregar, bisa saja Said Didu menolak. "Saya kan manusia merdeka, saya terlepas dari pemerintahan jadi bebas mengkritik. Sementara dia (Denny Siregar) kan dekat dengan pemerintahan," bisa saja Said Didu bilang begitu.

Bisa saja Said Didu mengutip pernyataan temannya, Refly Harun. Bahwa mereka yang kritik terhadap kritikus pemerintah adalah buzzer. Kesimpulan "buzzer" itu bisa dilemparkan ke Denny.

Di sisi lain, bisa saja Denny juga menolak. Denny bisa menolak dengan dalih bahwa kasusnya beda dengan Said Didu. "Saya kan tidak mengungkapkan pernyataan tak berdasar. Saya hanya mengungkapkan fakta. Sementara dia (Said Didu) menyerang orang tanpa data," bisa saja Denny mengelak seperti itu.

Bagaimana kalau keduanya tetap tak mau berada dalam mahligai "kebebasan berpendapat"? Ya diusahakan lagi lah. Dirayu lah. Dirayu oleh mereka yang mengagungkan kebebasan berpendapat.

Kalau sudah dirayu tetap tidak mau bagaimana? Ya tidak apa-apa karena sama tak harus bersatu kan? Sama-sama mencintai saja bisa tak bersatu dalam mahligai rumah tangga, apalagi sama sama dalam ruang kebebasan berpendapat. Mereka yang sama sama mengusahakan kebebasan berpendapat boleh tidak dalam satu mahligai.

Tapi menurut saya, jika ada persatuan mereka-mereka yang berseberangan secara politik, itu hal bagus. Setidaknya ada silaturahmi yang terjalin di bulan baik ini. Lagipula, politik beda bukan berarti tak boleh bersatu kan? Maka, bersatu saja buat Denny dan Said Didu. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun