Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Kalau Ada Bung Hatta Masa Kini

1 November 2012   03:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:08 798 0
Di jaman sekarang terus bermunculan gerakan anak muda atau komunitas-komunitas Indonesia.

Komunitas ini membawa misi sendiri-sendiri, dan mereka terlihat membuat sebuah gerakan yang membawa ke arah positif dan mampu menggerakkan orang lain.

Satu hal yang membuat saya teringat dengan masa lalu dan tercermin pada perjalanan sosok seorang Bung Hatta yang merupakan putera bangsa kelahiran Buktinggi, Sumatera barat.

Salah satu sosok kepahlawanannya adalah ia berjuang untuk menegakkan Indonesia sebagai negara yang merdeka.

Salah satunya adalah ketika Wakil Presiden pertama Indonesia ini di masa mudanya dikenal sudah tergabung dalam perkumpulan pemuda Jong Sumatranen Bond.

Sifat dan tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta karena ia diberi tugas sebagai bendahara di Jong Sumatranen Bond.

Hal ini yang terus terbangun dari karakter Hatta sehingga ia menjadi sosok Proklamator bangsa Indonesia bersama Bung Karno dan menjadi wakil Presiden Indonesia pertama.

Tanggung jawab dan disiplin yang mulai memudar bagi sebagian orang di Indonesia saat ini.

Yang ada sebagian orang tersebut malah saling melemparkan tanggung jawab dan terlihat sering melimpah kan kesalahan pada orang lain.

Satu hal berharga yang menjadi pelajaran dari masa lalu Bung Hatta untuk kita semua.

Sejarah mencatat Bung Hatta dan Bung Karno disebut Dwi Tunggal. Mereka bagaikan duet maut yang bahu-membahu mengerjakan dan saling melengkapi kekurangan masing-masing.

Meskipun sempat terjadi perselisihan dan perbedaan diantara mereka, toh buktinya mereka tetap bersahabat.

Tapi setiap individu manusia pastinya punya perbedaan. Termasuk apa yang terjadi pada Bung Karno dan Bung Hatta.

1 Desember 1956, Hatta mundur sebagai wakil Presiden Indonesia saat itu.

Beberapa sumber sejarah menyebutkan, ada perbedaan pandangan antara Hatta dan Bung Karno.

Jika keduanya berkeras pada pendapat masing-masing, bisa saja keutuhan NKRI runtuh secara tiba-tiba.

Hal ini yang diduga sebagai salah satu mundurnya Hatta. Ia merasa pemikirannya yang dulu sejalan dengan Bung Karno kini sudah tidak sama lagi.

Sikap sederhana, tau diri, legowo. Itu yang dirasakan Bung Hatta. Meskipun Hatta pada saat itu tidak terbukti bersalah terhadap hal apa pun, mundur, demi Indonesia.

Membiarkan Bung Karno berperan dan menata Indonesia yang lebih baik saat itu. Sebuah sikap yang positif dari Hatta, dan justru berbanding terbalik di jaman sekarang.

Sebagian orang di Indonesia, meskipun sudah salah, masih terlihat tidak mau menyerah Bertahan pada argumen masing-masing, merasa yang paling benar, meskipun dia sadar ia melakukan kesalahan.

Yang adanya hanya menghadirkan debat berisi pepesan kosong dan saling mempertahankan argumen masing-masing, dan bersembunyi di balik kedok "demokrasi yang sah-sah saja berbeda pendapat."

Bung Hatta berbeda. Yakin Bung Karno bisa membangun kesatuan Indonesia saat itu meskipun berbeda pendapat, ia pun memberi kesempatan kepada Bung Karno untuk menyelesaikan tugasnya.

Usai mundur sebagai wakil Presiden, Bung Hatta tetap berperan dalam pembangunan Indonesia.

Salah satunya adalah ia tetap mengkritik beberapa kebijakan politik dan pemerintahan Bung Karno. Toh tetap tidak tensi politik yang tinggi, seakan-akan Indonesia berada dalam goncangan saat itu.

Buat saya, proses demokrasi yang jauh lebih santun dari pada jaman sekarang, yang sering diteriakkan beberapa pejabat pemerintah dan politisi.

Sebagian dar refleksi Bung Hatta dalam perjalanannya yang sebenarnya bisa dan sudah dilakukan beberapa generasi muda Indonesia di jaman sekarang.

Tapi sikap tanggung, jawab, legowo, bijak, suatu hal yang masih harus dipelajari lagi dan harus terus diasah bagi saya dan semua orang yang ada di Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun