Pilkada 2024 seharusnya menjadi pesta demokrasi yang menggambarkan kematangan bangsa dalam menentukan arah masa depan. Namun, kenyataan di lapangan sering kali bertolak belakang dengan cita-cita luhur demokrasi. Rakyat, yang semestinya menjadi subjek utama dalam menentukan pemimpin, justru terjebak dalam praktik-praktik manipulatif seperti money politic. Dalam kondisi ini, suara bukan lagi cerminan kehendak, melainkan sekadar transaksi murah yang memanfaatkan kebutuhan ekonomi masyarakat. Demokrasi kita pun kehilangan ruhnya, bergeser dari nilai-nilai keadilan menjadi sekadar panggung politik transaksional.
KEMBALI KE ARTIKEL