Satelitnya diberi nama BRISAT. Mampu menjangkau wilayah layanan Indonesia, dan negara-negara ASEAN, Asia Timur termasuk sebagian Tiongkok, sebagian Pasifik termasuk Hawaii serta Australia Barat. BRISAT akan memiliki 36x36 MHz transponder C-Band dan 9x72 Mhz Ku-band. (detiknews)
Tentu kita perlu mempertanyakan hal ini untuk apa? Karena ini baru kali pertama bank di Indonesia punya satelit sendiri. Mungkin ini sejalan dengan visi misi dari BRI yang optimis harus menjadi bank yang terdepan, financial inclusion, mengupayakan kredit mikro agar usaha mikro kecil dan menengah terus berkembang.
Dampak pembelian satelit bisa dinilai untuk efisiensi. Kebutuhan untuk komunikasi bagi BRI rata-rata Rp400-Rp500 miliar. Dengan punya satelit sendiri yang mungkin berumur 15 tahun, dan bisa diperpanjang, BRI klaim beban biaya komunikasi akan turun menjadi Rp250 miliar.
BRI menjelaskan pembelian satelit oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) karena perseroan memerlukan dukungan jaringan komunikasi satelit. Kebutuhan akan sarana komunikasi satelit juga semakin mendesak, karena variasi model jaringan kerja yang dikembangkan oleh BRI. Mungkin BRI mau menjangkau masyarakat di pelosok dimana komunikasi masih sulit dan lambat.
Satelit itu akan memiliki 45 transponder, yang akan digunakan BRI sebanyak 22-23 transponder saja. Sedangkan 4 transponder akan diberikan kepada pemerintah Indonesia untuk keperluan pemerintahan, seperti sensus data kependudukan, data pertanian, dan lainnya.
Proses desain final dan pembuatan BRISAT akan dilaksanakan di pabrik SSL di Palo Alto, California, yang diperkirakan akan memakan waktu 24 bulan. Banyak perusahaan lainnya yang memiliki satelit sendiri. Kalau mereka saja bisa, kenapa BRI tidak bisa.