Berikut adalah Ciri-ciri penelitian kualitatif yang "baik" menurut John W. Creswell:
- Peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data yang tepat dan teliti. Hal ini berarti bahwa peneliti mengumpulkan beragam bentuk data, merangkum dengan baik-barangkali dalam bentuk tabel-bentuk data tersebut, dan menghabiskan banyak waktu di lapangan. Bukan tidak lazim bagi studi kualitatif untuk mencantumkan informasi tentang jumlah waktu tertentu yang dihabiskan di lapangan (misalnya, 25 jam untuk pengamatan). Saya khususnya suka melihat bentuk pengumpulan data yang tidak biasa, misalnya penggunaan foto untuk mendatangkan respons, suara, bahan visual, atau pesan teks digital (Creswell, 2015).
- Peneliti membingkai studi tersebut berdasarkan asumsi dan ciri pendekatan penelitian kualitatif. Hal ini mencakup ciri fundamental, misalnya desain baru, penyajian beragam realitas, posisi peneliti sebagai salah satu instrumen pengumpulan data, dan fokus pada pandangan partisipan.
- Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, misalnya salah satu dari kelima pendekatan (atau yang lain). Penggunaan pendekatan yang telah dikenal dan diakui akan meningkatkan ketepatan, kecermatan, dan kecanggihan dari desain riset tersebut. Penggunaan pendekatan ini juga menyediakan sejumlah alat untuk mengevaluasi studi kualitatif. Menggunakan pendekatan ini berarti bahwa peneliti mengidentifikasi dan mendefinisikan pendekatan tersebut, mengutip studi yang menggunakannya, dan mengikuti prosedur yang digariskan dalam pendekatan tersebut. Tentu saja, pendekatan yang digunakan dalam studi tersebut mungkin tidak sepenuhnya mencakup semua unsur dari pendekatan itu. Akan tetapi, untuk mahasiswa penelitian kualitatif pemula, disarankan untuk bertahan dengan satu pendekatan, menikmatinya, mendalaminya, dan menjaga agar penelitiannya tetap ringkas, padat, dan gamblang. Berikutnya, khususnya dalam studi yang panjang dan kompleks, fitur dari beberapa pendekatan dapat digunakan.
- Peneliti memulai dengan fokus atau konsep tunggal untuk di teliti. Meskipun contoh tentang penelitian kualitatif memperlihatkan perbandingan antara kelompok atau faktor atau tema, sebagaimana dalam proyek studi kasus atau dalam etnografi, saya suka memulai penelitian saya dengan memfokuskan pada usaha memahami konsep atau ide tunggal (misalnya, apa yang dimaksud dengan menjadi seorang profesional? Seorang pengajar? Seorang pelukis? Seorang single mother? Seorang tunawisma?). Ketika studi tersebut berjalan, studi itu dapat mulai memasukkan perbandingan (misalnya, bagaimana kasus seorang penajar profesional dapat berbeda dari kasus seorang administrator profesional?) atau faktor-faktor yang terkait (misalnya, apa yag dapat menjelaskan mengapa lukisan dapat membangkitkan kesan dan perasaan?). Banyak peneliti kualitatif membuat perbandingan atau analisis hubungan tanpa terlebih dahulu memahami konsep atau ide inti mereka.
- Studi tersebut mencakup metode yang detail, pendekatan yang cermat dan tepat dalam pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan. Ketepatan dan ketelitian dapat dilihat, misalnya, ketika sang peneliti melaksanakan beragam level analisis data, dari kode atau tema yang sempit kemudian tema yang lebih luas yang saling terkait hingga dimensi yang lebih abstrak. Tepat dan teliti berarti, juga, bahwa penelitian memvalidasi akurasi dari laporan tersebut dengan menggunakan satu atau lebih prosedur validasi, misalnya, pemeriksaan entri, triangulasi sumber data, atau pemanfaatan editor dari rekan sesama atau orang luar.
- Peneliti menganalisis data dengan menerapkan gaya abstraksi yang berbeda-beda. Saya suka melihat kerja aktif dari seorang peneliti ketika dia bergerak dari level abstraksi yang lebih khusus menuju level abstraksi yang lebih umum. Sering kali, para penulis menyajikan studi mereka dalam tahapan-tahapan (misalnya, beragam tema yang dapat dikombinasikan menjadi tema atau perspektif yang lebih luas) atau menyusun analisis mereka dari yang khusus menuju yang umum. Kode dan tema yang diperoleh dari data mungkin memperlihatkan ide-ide yang biasa, atau telah diperkirakan, atau mengejutkan. Sering kali studi kualitatif terbaik menyajikan tema yang dianalisis dalam sudut pandang penggalian sisi gelap atau sudut yang tidak biasa. Saya ingat dalam suatu kelas proyek, seorang mahasiswa meneliti bagaimana para siswa dalam sebuah kelas pembelajaran jarak jauh bereaksi pada kamera yang difokuskan pada kelas tersebut. Dariapada melihat pada reaksi dari para siswa tersebut ketika kamera menyala ke arah mereka, ia berusaha memahami apa yang terjadi ketika kamera tersebut tidak mengarah kepada mereka. Dengan pendekatan ini ia mengambil suatu sudut yang tidak biasa, sudut yang tidak diperkirakan oleh para pembaca.
- Peneliti menulis secara persuasif sehingga pembaca seolah-olah merasa “berada di sana”. Konsep tentang verisimilitude, suatu istilah literer, sangat terkait dengan pemikiran saya ini (Richardson, 1994, hlm. 521). Tulisannya harus jelas, melibatkan, dan penuh dengan ide-ide yang tidak diperkirakan. Cerita dan temuannya menjadi dapat dipercaya dan realistis, secara akurat merefleksikan semua kompleksitas yang ada dalam kehidupan nyata. Studi-studi kualitatif terbaik melibatkan pembacanya.
- Studi tersebut merefleksikan sejarah, kebudayaan, dan pengalaman pribadi dari sang peneliti. Hal ini lebih dari sekedar autobiografi, yang sang penulis atau sang penelitinya menceritakan tentang latar belakangnya. Ia memfokuskan pda bagaimana kebudayaan, gender, sejarah, dan pengalaman dari para peneliti mempengaruhi seluruh aspek dari proyek kualitatif tersebut, dari pilihan mereka terhadap pertanyaan yang hendak dibahas, kemudian bagaimana mereka mengumpulkan data, bagaimana mereka membuat penafsiran tentang situasi, hingga apa saja hasil yang mereka harapkan dari pelaksanaan riset tersebut. Dalam sejumlah cara-misalnya membahas peran mereka, menjalin diri mereka ke dalam teks, atau membuat refleksi tentang pertanyaan riset mereka-para peneliti memposisikan dirinya dalam studi kualitatif tersebut.
- Penelitian kualitatif yang baik selalu bersifat etis. Hal ini melibatkan lebih dari sekedar upaya peneliti dalam mencari dan memperoleh izin dari komite atau dewan peninjau (reviewer) institusional, melainkan juga bahwa peneliti perlu menyadari dan membahas dalam studi tersebut berbagai persoalan etika yang telah disebutkan sebelumnya dalam bab ini yang terjadi dalam semua tahap dari studi riset tersebut.