Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Menyikapi Hadist tentang Puasa dan Kesehatan

3 Desember 2024   08:19 Diperbarui: 3 Desember 2024   08:40 22 0
Di sebuah desa kecil di kaki gunung, hiduplah seorang pemuda bernama Faisal. Ia adalah seorang mahasiswa kedokteran yang sedang pulang kampung untuk liburan semester. Faisal memiliki kebiasaan unik: ia gemar sekali membaca hadis dan mencari keterkaitannya dengan ilmu pengetahuan modern. Hal ini bermula dari ajaran kakeknya, Haji Mahfud, yang selalu menekankan pentingnya memahami ajaran agama dengan pemahaman yang benar dan mendalam.

Kakeknya sering berkata, “Islam itu agama yang sempurna, Sayang. Semua yang diperintahkan pasti ada manfaatnya, baik untuk dunia maupun akhirat. Tugas kita adalah mencari tahu hikmah di baliknya.”

Pertemuan dengan Dr. Salman
Pada suatu hari, di masjid desa, Faisal bertemu dengan seorang tamu istimewa, Dr. Salman, seorang dokter sekaligus ulama yang terkenal karena sering mengkaji hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan. Usai shalat Ashar, Dr. Salman memberikan ceramah tentang puasa dan manfaatnya bagi kesehatan.

“Puasa bukan hanya ibadah,” kata Dr. Salman memulai. “Rasulullah SAW bersabda, 'Berpuasalah, niscaya kamu sehat.' Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Meski hadis ini tergolong hasan , kita bisa melihat kebenarannya melalui ilmu kedokteran modern.”

Faisal, yang duduk di barisan depan, mendengarkan dengan saksama. Dalam ceramah itu, Dr. Salman menjelaskan tentang autophagy , sebuah proses biologi di mana tubuh membersihkan sel-sel rusak saat seseorang berpuasa. Ia juga menjelaskan bagaimana puasa dapat mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan metabolisme.

“Namun,” lanjut Dr. Salman, “kita harus memahami puasa dengan benar. Jangan sampai puasa justru membuat kita sakit karena pola makan yang salah atau niat yang salah.”

Ceramah itu membuat Faisal semakin penasaran. Setelah acara selesai, ia memberanikan diri untuk berdiskusi lebih jauh dengan Dr. Salman.

Dialog tentang Puasa dan Kesehatan
“Assalamu'alaikum, Dok,” sapa Faisal sambil menjulurkan tangan. “Namaku Faisal. Saya mahasiswa kedokteran di semester akhir. Saya tertarik sekali dengan penjelasan tadi. Bolehkah saya bertanya lebih lanjut?”

“Wa'alaikumussalam, Faisal. Tentu, apa yang ingin kamu tanyakan?” jawab Dr. Salman dengan ramah.

“Dok, saya sering mendengar bahwa puasa bisa menyehatkan tubuh, tetapi saya juga pernah membaca bahwa orang yang punya penyakit tertentu tidak dianjurkan berpuasa. Bagaimana cara menyikapi hadis tadi dalam konteks orang-orang yang sakit?”

Dr Salman tersenyum. “Pertanyaan yang bagus. Dalam Islam, segala sesuatu itu ada timbangannya. Allah SWT tidak menggantungkan seorang hamba di luar kemampuannya. Itu sebabnya orang sakit diberi keringanan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di hari lain atau membayar fidyah.”

Ia melanjutkan, “Hadis tentang puasa dan kesehatan adalah salah satu bukti bahwa ajaran Rasulullah SAW sangat relevan dengan kehidupan manusia. Namun perlu diingat, manfaat puasa bisa dirasakan jika dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai dengan kebutuhan. Puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus, tapi juga menjaga pola makan saat sahur dan berbuka.”

“Apakah ada contoh praktisnya, Dok?” tanya Faisal.

“Contohnya, saat berbuka puasa. Rasulullah bersiap untuk berbuka dengan kurma dan air putih, bukan makanan berat. Dalam dunia medis, ini sangat baik karena kurma mengandung gula alami yang mudah diserap tubuh, sementara udara membantu menghidrasi setelah seharian berpuasa.”

Faisal mengangguk-angguk, merasa semakin tercerahkan.

Praktik dan Penelitian
Setelah pertemuan itu, Faisal bertekad untuk menanamkan ilmu yang ia dapat. Ia mulai menjaga pola makannya selama puasa. Sahur dengan makanan bergizi seimbang, berbuka dengan kurma dan air putih, lalu makan malam secukupnya. Ia juga mengajak teman-temannya di desa untuk ikut mencoba.

Namun, sebagai calon dokter, Faisal merasa belum puas jika hanya berpura-pura tanpa membuktikan. Ia memutuskan untuk melakukan penelitian kecil-kecilan. Dengan bantuan beberapa warga desa, Faisal mengumpulkan data tentang kondisi kesehatan mereka sebelum dan sesudah menjalani puasa selama sebulan penuh.

Penelitian Faisal melibatkan 20 partisipan, yang sebagian besar adalah petani dan pedagang. Ia mengukur berat badan, tekanan darah, serta kadar gula darah mereka sebelum dan sesudah Ramadhan. Hasilnya mengejutkan: hampir semua partisipan mengalami penurunan berat badan, tekanan darah lebih stabil, dan kadar gula darah yang lebih terkontrol.

“Sungguh luar biasa,” gumam Faisal sambil melihat data yang ia kumpulkan. “Hadis Rasulullah memang benar adanya. Puasa tidak hanya mendekatkan kita kepada Allah, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi kesehatan.”

Hikmah Balik Ibadah
Pada malam takbiran, Faisal kembali merenung. Ia teringat pesan kakeknya tentang hikmah di balik ajaran agama. Dari perjalanan setiap bulannya, ia tidak hanya belajar tentang kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan spiritual.

“Puasa mengajarkan kita disiplin, kesabaran, dan pengendalian diri,” pikir Faisal. “Tanpa itu, kita hanya akan mendapatkan lapar dan haus, bukan hikmah yang sebenarnya.”

Di akhir Ramadhan, Faisal mengumpulkan warga desa di masjid untuk membagikan hasil penelitiannya. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga pola makan setelah Ramadhan.

“Kita sudah belajar banyak selama sebulan ini,” katanya. “Jangan sampai kebiasaan baik ini berhenti setelah Ramadhan berlalu. Ingat, puasa adalah salah satu cara Allah menjaga kesehatan kita, baik jasmani maupun rohani.”

Cerpen ini mengingatkan kita bahwa hadis Rasulullah SAW tidak hanya berfungsi sebagai pedoman ibadah, tetapi juga mengandung hikmah yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, termasuk kesehatan. Faisal membuktikan bahwa dengan memahami dan menerapkan ajaran agama secara benar, kita bisa mendapatkan manfaat yang luar biasa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun