Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Nilai Kejujuran, Bersimpangan?

6 Mei 2012   06:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:38 136 0
saya adalah anak dari desa tertinggal, bersekolah di SMA yang dibiayai oleh orang kampung sekitar karena orang tua tidak sanggup membiayai. Mendapatkan beasiswa Prestasi, Miskin, Dari BANK BPR dan Masyarakat kampung yang beriur. jadi total saya dapat beasiswa 4 sekaligus. saya sih gak begitu hebaat, hanya berkisar juara III,II,I dan IV dan 10 besar.Kata teman saya orangnya kritisi, kalau tidak s...esuai dengan kebenaran saya langsung menentangnya.

Dalam hal ini saya mengekspos diari saya meskipun tidak seluruhnya tentang ketidak jujuran dalam Ujian UN. Kali ini saya membahas pada waktu SMA. Meskipun pada waktu SD dan MTsN ada namun mungkin dibahas secarakeseluruhan namun hampir sama saja dengan SMA.

Awal ceritanya begini, sewaktu saya kelas III IPA saya ikut belajar sore demi mencapai hasil yang baik pada UN. Bahwakan saya rela menghabiskan waktu malam2 untuk mempelajari mata pelajaran favorit saya yaitu matematika. Begitu kuat niat saya belajar dengan motivasi dari guru-guru dan orang-orang disekitar saya tempat tinggal.

Namun semangat saya luntur akibat perkataan seorang guru yang mengatakan bahwa "dalam UN anda hendaknya kerjasama dalam isian (kira2 seperti kata sang guru). Ketika saya menanyakan kepada wali kelas saya, apakah seorang siswa boleh mengatakan sesuatu yang dianggapnya benar kepada sang guru. lalu wali kelas menjawab, kamu boleh mengkritik guru, asalkan dia bisa menerima.

Galau dalam pikiran saya makin menjadi ketika orang disekitar saya memberikan motivasi bahwa kerja sama dan melihat kunci adalah tidak benar. Lalu saya masih belum berani mengatakan kepada sang guru. Saya katakan pada teman-teman, tanggapan beragam. Lalu saya mengatakan, jika kita bisa melalui ujian dengan cara yang benar, kenapa harus liat kunci? dan saya katakan kepada teman, jika dapat jawaban ndak usah liat kunci, jika tidak maka liatlah kunci. kata saya untuk supaya tidak dijauhi teman2.

singkat cerita, UN dilaksanakan Namun saya telah bersikeras dalam hati, supaya tidak liat kunci. Dan tidak akan menolong teman dalam UN tersebut. sesuai pesan orang sekitar saya. Saya merasa senang, ketika ada sekelompok kecil teman mendukung saya dan mengatakan kami juga tidak akan melihat kunci.

Singkat cerita, disekolah kami gagal 28 orang. Namun yang menjadi berita heboh, ketika Juara Umum I IPA dan sebagian 10 besar yang tidak lulus. Saya alhamdulillah lulus dengan nilai Rata2 5.99. ketika itu terjadi saya semakin ........................................kepada pihak sekolah. Terutama kepada guru. Sebab mereka tidak mencerahkan keadaan melainkan memperburuk siatuasi (maaf saya tak sanggup menyampaikan).

Lalu saya memutuskan untuk tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi, meskipun telah ada jaminan dari kepala Sekolah untuk kuliah di Perguruan Tinggi terkemuka di Padang. Bahkan kata sang kepala sekolah "Jika Ijazah tidak diambil besok, maka tidak akan bisa diambil selamanya".

lalu, saya memutuskan untuk belajar Komputer di tempat Service Komputer berdasarkan kata2 orang sekeliling saya.

Satu hal pertanyaan kepada sang guru yang belum saya sampaikan, "Apakah yang ibu lakukan, akan mencerdaskan bangsa?. Namun saya rasa walikelas telah menyampaikannya. begitu juga dengan kepala sekolah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun