Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Gairah Keislaman Saat Ini

10 Maret 2014   18:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:05 44 0
Selama beberapa tahun terakhir, telah terjadi tanda-tanda kegairahan dalam kehidupan keislaman. Semua tanda-tanda tersebut tercakup ke dalam berbagai lapangan kehidupan: dakwah, budaya, ekonomi, gaya hidup, dan semangat berbagi.

Jadi meskipun di sekitar kita begitu banyak perubahan yang terjadi dengan begitu cepatnya, ternyata bukan menjadikan diri kita semakin menjadi robot atau menjadi jauh dari nilai-nilai dasar seorang manusia. Justru kemajuan peradaban umat manusia (khususnya di ranah teknologi digital), pada akhirnya menjadikan kita umat manusia semakin menemukan kemanusiaan kita.

Dakwah Modern
Dakwah tidak lagi dilakukan secara tradisional. Beberapa tahun yang lalu, Aa Gym mulai mengenalkan konsep “manajemen kalbu”-nya. Almarhum Jefry Al Buchory yang turut memasarkan busana muslim khas “Uje”. Dan ustadz Yusuf Mansur dengan “Matematika Sedekah” dan berbagai konsep sedekah lainnya. Ini artinya para pendakwah mulai mengenal konsep marketing. Khususnya konsep segmentasi dan diferensiasi.

Jadi para pendakwah sudah mulai memetakan seperti apa struktur segmen-segmen objek dakwah yang ada di masyarakat, lalu memetakan strategi pemasaran yang tepat. Tidak lupa, sambil berusaha menciptakan diferensiasi dibandingkan dengan pendakwah yang lain.

LAZ sadar Branding
Tidak hanya para pendakwah saja yang sadar pentingnya mengenal dan menerapkan konsep-konsep pemasaran. Tapi juga para LAZ (Lembaga Amil Zakat). Mereka mulai berkomunikasi lewat media gambar--termasuk logo & warna kelembagaan. Kemudian dengan konsisten menerapkannya ke beragam saluran komunikasi yang mereka miliki.

Meski masih berfokus di pesan generik seputar edukasi berzakat, tapi LAZ terus berbenah. Terutama dalam melakukan segmentasi dan berkreasi untuk menghasilkan strategi pemasaran yang lebih tepat. Hasil riset terkait dapat dilihat di sini.

Gerakan Sedekah
Contohnya adalah "Sedekah Rombongan". Brand ini adalah brand dari suatu gerakan sedekah yang berawal di Yogyakarta. Sedekah memang tidak wajib. Ibaratnya, sedekah adalah komplemen dari zakat—yang lebih wajib. Tapi meski tidak wajib, sedekah kini sudah menjadi mindset dan akan terus berkembang.

Dakwah melalui Seni
Novel atau film kini turut dijadikan sebagai media syi’ar oleh para pendakwah. Contoh paling gres –meski sudah agak lama—adalah Ayat-Ayat Cinta (AAC). Bahkan presiden SBY turut menjadi endorser film tersebut. Tidak beberapa lama setelah AAC, menyusul Ketika Cinta Bertasbih (KCB) 1 & 2. Berlanjut dengan Negeri 5 Menara. Semuanya berawal dari novel, yang kemudian difilmkan. Serta sarat dengan nuansa islami di dalamnya.

Ini tidak lepas dari dari masyarakat umum yang ingin belajar agama lebih mendalam, tetapi dengan kontekstualisasi yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Maka format seni, menjadi jalan bagi pendakwah untuk turut mengedukasi masyarakat secara umum.

Komunitas Pengusaha
Tangan Di Atas (TDA) adalah komunitas pengusaha dengan nilai-nilai (values) yang sesuai namanya, yaitu saling memberi dan berbagi. Saling belajar dan mengajarkan adalah prinsip kental yang dianut oleh para member-nya. Jadi meskipun kental dengan nilai-nilai ke-Islam-an, tidak lantas menutup diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar. Mas Badroni Yuzirman sendiri adalah pengusaha muslim yang bersikap terbuka terhadap perubahan-perubahan modern, khususnya yang banyak terjadi di sekitar beliau.

Hijaber Revolution
Alhamdulillah. Revolusi ini harus dipandang sebagai kesadaran umat muslim untuk mulai menutup tubuh sesuai dengan syariat yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Di samping kesadaran dari dalam diri kebanyakan perempuan tersebut, hal ini juga didorong dan ditunjang oleh keberadaan industry fashion muslimah –dan muslim—dalam beberapa tahun terakhir.

Hijaber Revolution ini dengan baik ditunggangi oleh pemain kosmetik seperti Wardah. Dengan mengusung konsep kosmetik yang halal –dapat juga digunakan oleh non muslim—dari jenis bahan yang digunakan, Wardah berhasil “mengendarai” trend fashion terbaru ini.

Sebagai pemasar, salah satu tugas kita memang “Riding the Wave”. Artinya, bagaimana memanfaatkan trend yang sedang “in” untuk dikaitkan dengan aktivitas pemasaran yang sedang dilakukan. Bisnis hijab ini bisa kategorikan sebagai bisnis long tail. Karena pemainnya relatif kecil dan jumlah yang begitu besar--meski tidak lantas memakan satu sama lain. Alias masing-masing punya penggemar berat. Tipe bisnis seperti ini memang cocok untuk menerapkan "strategi kolam kecil".

Penutup
Bapak Yuslam Fauzi, dalam bukunya yang berjudul “Memaknai Kerja”, pada tahun 2002 lalu mengungkapkan bahwa,“Kita harus menampilkan Islam dengan wajahnya yang benar:  yang menebar bukti-bukti kasih sayang Allah bagi manusia dan semesta  raya (rahmatan lil ‘alamin)”.

Yang kemudian dilanjutkan dengan, “Seringkali kita salah memaknai akhlak dengan adab. Akhlak bukanlah adab. Akhlak adalah  memberi manfaat bagi kemanusiaan, karena itu ia bersifat universal.”

Jadi keber-Islam-an kita yang sedang bergairah seperti sekarang ini tidak boleh diisi dengan caci-maki atau menjelek-jelekkan kelompok muslim yang lain. Ada banyak cara dalam ber-Islam dan beragam cara tersebut ikut menimbulkan keberagaman kelompok Islam di antara kita. Mari sikapi kegairahan ber-Islam ini dengan lebih positif.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun