Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ledakan Texas dalam Perspektif K3

19 April 2013   21:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:56 555 0

Setelah melalui prosedur investigasi insiden, diketahui bahwa tidak ada inspeksi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di pabrik tersebut selama 5 tahun terakhir. Dalam hal ini badan yang bertanggung jawab untuk melakukan inspeksi di Amerika Serikat (AS) adalah  OSHA (Occupational Safety and Health Administration).

OSHA sendiri merupakan badan khusus pemerintah di bidang OHS (Occupational Health and Safety) atau K3 di Indonesia. Dalam jangka waktu 5 tahun terakhir, OSHA baru melakukan inspeksi ke 5 pabrik pupuk di Texas, sayangnya pabrik tempat insiden ini terjadi bukan salah satunya. Kelalaian OSHA dalam melakukan inspeksi berawal dari krisis pendanaan yang dialami badan ini. Krisis ini mengakibatkan OSHA terpaksa kehilangan banyak karyawan sejak beberapa tahun terakhir.

Selain OSHA yang bertugas secara umum, AS juga memiliki badan khusus yang bertugas memantau keamanan bahan kimia yang disebut CSB (Chemical Safety Board). Namun nampaknya, nasib CSB juga tidak lebih baik. Menurut berbagai sumber, CSB juga sudah lama memiliki masalah dalam pendanaan kegiatannya. 10 juta USD yang disediakan pemerintah dianggap tidak cukup, mengingat luasnya cakupan tanggung jawab CSB, yaitu memantau adanya pelanggaran terkait bahan kimia di setiap pabrik di AS. CSB sendiri kini bertugas melakukan investigasi terhadap kecelakaan tersebut, walaupun dengan diiringi berbagai kritik akibat kinerja yang dianggap lamban.

Akibat human error?

Sudah lama paradigma K3 di dunia bergerak dari budaya menyalahkan human error ke organizational error. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi diyakini merupakan sebuah kondisi laten akibat kelalaian sistem; daripada semata-mata kelalaian individu. Hal ini esensial untuk mencegah berulangnya insiden yang sama. Ibarat gunung es, kelalaian individu atau human error hanya manifestasi kecil dari tumpukan masalah dalam sistem manajemen di perusahaan.

Lebih jauh, Reason (1997) mengemukakan teori Swiss Cheese Model, dimana terjadinya suatu insiden diumpamakan dengan akibat adanya lubang-lubang pada lapisan-lapisan pertahanan. Lapisan pertahanan ini sendiri adalah hal-hal yang dibentuk untuk menghalangi terjadinya kecelakaan, bentuknya bermacam-macam, misalnya peraturan keselamatan, alat pengaman, sampai alat pelindung diri. Sedangkan lubang-lubang pada lapisan pertahanan ini bisa disebabkan baik karena kelalaian individu maupun kelalaian sistem. Ketika setiap lubang pada lapisan menimbulkan satu garis lurus, maka terjadilah kecelakaan.

Sepatutnya ini bisa menjadi bahan kontemplasi, terutama untuk para pejabat publik, agar lebih menaruh perhatian ke bidang K3, yang selama ini dipandang sebelah mata di Indonesia.

Sebagai perbandingan, insiden ini terjadi di AS yang memiliki OSHA, yang notabene sudah lama menjadi kiblat dunia dalam praktek K3. Belum lagi adanya tuntutan untuk mengaplikasikan Occupational Health Safety Management System (OHSMS) bagi semua perusahaan. Bahkan dalam tingkat ini, insiden masih terjadi.

Bisa dibayangkan dengan kondisi K3 di Indonesia yang ada sekarang, insiden serupa akan lebih "menantang". Bahkan mungkin banyak bahaya-bahaya laten di berbagai pabrik yang belum terpantau. Semoga ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua, agar makin peduli dengan kondisi pekerja-pekerja pahlawan devisa. Salam K3!

Referensi

Reason, James T.Managing the risks of organizational accidents. Vol. 6. Aldershot: Ashgate, 1997.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun