Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Lain Kali Biarkan Saja Dia Mati

13 Februari 2022   16:59 Diperbarui: 13 Februari 2022   17:01 247 5
Jam 10 malam baru selesai mengemas kebutuhan untuk besok pagi. Ya, jam 6 pagi Aku harus berada di  alun-alun Pemda untuk mengikuti bimbingan Bela Negara, kebetulan Aku yang ditugaskan oleh pimpinan mewakili instansiku.

Selepas menunaikan sholat Isya sekitar 10:30 wib, Aku bersiap untuk beranjak ke tempat tidurku.
Orang semacam Aku ini memang seringkali mengutamakan urusan lain dahulu ketimbang setor wajah pada Sang Khaliq. Sholat selalu saja belakangan. Gak jarang bahkan sampai waktunya mepet banget.  Payah memang Aku ini,  gak tau kalian gimana?

Sekitar pukul 02:40 Handphoneku berbunyi,  Aku kira alarm yang ku setting jam 04:00, ternyata sebuah panggilan masuk dan terdengar di ujung telepon sana seseorang berbicara:

"Assalamu'alaikum,  maaf malam-malam gini ganggu, Pak. Saya mau minta tolong, ayah saya nge-drop, ini di Puskesmas dan harus dirujuk ke Rumah Sakit,  Ambulans Puskesmas sopirnya gak bisa dihubungi.  Saya mau minta tolong pakai ambulans desa!"

"Waalaikum salaam,  oh iya boleh, kuncinya ini ada di saya, ambil saja ke rumah!" Jawabku.

"Tapi, pak.... gak ada supirnya,  minta tolong sekalian Bapak sopirin ambulans nya bisa?" Jawab warga di ujung sana.

Setelah kalkulasi cepat waktu, akhirnya aku mengiyakan permintaan warga tadi.

Segera aku kenakan jaketku dan sekilat mencuci muka lalu langsung menuju balai desa untuk mengambil ambulnas desa.

Singkat cerita, sepagi itu ruang resepsionis rumah sakit sangat sepi, hanya ada dua orang suster jaga disana.  Biasa,  berbagai syarat administrasi ditanyakan.  KTP, Kartu keluarga dan kartu jaminan kesehatan.

Sayang sekali,  si pasien tidak memiliki kartu jaminan kesehatan. Sehingga ada beberapa prosedur yang harus ditempuh terlebih dahulu agar mendapatkan pelayanan kesehatan.

Waktu menunjukkan pukul 05:00, urusan administrasi selesai meski harus sedikit ngotot!  "Heran kerja kemanusiaan kok banyak syarat!"
Umpatku dalam hati.

Oh hampir lupa,  Aku belum sholat subuh!
Kebiasaan....!!!

Hatiku mulai gundah,  jam 05:30 Aku masih di Rumah sakit. Sementara jam 6 harus mengikuti pembukaan acara bela negara!  Pasti telat.
Hitunganku jika kembali ke rumah dan pergi ke alun-alun pemda setidaknya membutuhkan waktu 2 jam. Paling cepat Aku bisa mengikuti acara bela negera ya sekitatr pukul 07:30 lah.  Tapi tak apa,  dari pada tidak ikut,  terlambat masih mendinglah.

Pukul 07.42 Aku sampai di Acara pembukaan Bela Negara,  nampak para peserta masih melaksanakan apel.  Apel baru dimulai pukul 07:30 ternyata.

"Selamaaaaat....selamat, bela negaranya terlambat!"

Tapi sial.....
Aku dipanggil instruktur bela negara, dihukumnya aku di hadapan seluruh peserta bela negara.

Instruktur memaki karena keterlambatanku,  dibilangnya aku tidak disiplin. Baru hari pertama sudah payah!  Tepat waktu saja tidak bisa,  bagaimana bisa kamu membela negara?  Tanyanya.

Segala umpatan ala-ala militer keluar, seolah aku ini penjahat saja!  Dijadikannya aku sebagai contoh warga yang tak taat,  warga negara yang tak siap membela negaranya dan bukan contoh yang baik.

Tak sepatah katapun keluar dari mulut ini, karena memang aku tak diberi kesempatan mengemukakan  sebab mengapa aku terlambat.

Dalam hatiku saja aku mengumpat!
Bela negara macam apa ini? Gayanya saja bela negara,  memberi keadilanpun tidak! Padahal aku punya hak bicara! Lagipula aku terlambat karena alasan kemanusiaan!

Hari pertama aku menjalani hukuman dari instruktur bela negara, push-up 10 kali, sit-up 10 kali dan jalan bebek satu keliling alun-alun pemda.

Lain kali,  sebaiknya aku biarkan saja jika ada warga meminta diantar pakai ambulans.
Biarkan saja dia kesulitan dan atau bahkan mati sekalipun!

Aku Bela Negara!


Salam
Pagawe Desa

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun