Mengharap kompleksitas cerita aslinya kedalam sebuah film jelas tidak mungkin karena keterbatasan durasi. Tapi ada beberapa jenis penonton yang berharap setiap adegannya setia dengan cerita aslinya. Buat yang belum pernah membaca cerita aslinya. Film ini bisa dinikmati dengan alur ceritanya mengalir dan tertata rapi. Membuat betah selama 3 jam duduk menikmati semua adegannya mulai awal sampai akhir.
Tapi buat yang sudah berulang kali membaca salah satu Tetralogi Buru Karya Pramoedya Ananta Toer ini. Memori ini seakan dipaksa untuk menggali imajinasi yang lahir saat membaca text seperti di cerita aslinya. Hingga muncul pertanyaan, apa benar ya adegan di film seperti yang digambarkan di cerita aslinya?
Saat penonton keluar dari gedung bioskop, beragam ekspresi dan komentar yang muncul. Umumnya bahagia sekaligus sedih dengan cerita roman dengan latar belakang sejarah Indonesia di jaman kolonial ini. Saya juga rasakan hal yang sama, tapi tidaklah lama karena berganti dengan banyaknya pertanyaan yang memaksa saya untuk membaca lagi cerita aslinya untuk yang kesekian kalinya.