Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Pertemuan Filsafat Timur dan Barat

8 Februari 2022   22:19 Diperbarui: 8 Februari 2022   22:33 1071 3
Hingga abad milenial saat ini tak disangkal bahwa pemikiran (peradaban) barat telah menjadi sumber referensi pengetahuan dunia. Hal ini dapat diterima secara "teoritis argumentatif" bahwa penemuan-penemuan yang mengubah dunia dicatat dengan baik dalam bentuk dokumen/jurnal ilmiah pasca masa renaissance (re artinya kembali dan naitre artinya lahir).

Merespons dominasi Gereja (periode Kristenisasi tahun 400an - 529 M)  dalam segala aspek kehidupan di Eropa serta setelah mengalami "keterpurukan" pasca invasi Islam (Turki Utsmaniyah/Ottoman) atas penaklukan Konstantinopel (Romawi) sebagai simbul hegemoni barat (Kristen) tahun 1453 M, bangsa Eropa "dipaksa" untuk memilih jalan pengembangan ilmu pengetahuan (riset), dan rasionalisme, yakni kebebasan dalam mengembangkan pikiran (inovasi) termasuk merekonstruksi sejarah dunia sehingga lahirlah yang dikenal dengan masa Renaissance (abad 14 - 17 M) yang diawali dari Italia lalu menyebar ke seluruh Eropa.

Renaissance pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh diberbagai bidang seni, arsitektur, politik, penjelajahan dan ilmu pengetahuan "baru" sebagai kebangkitan Eropa diantaranya Leonardo Da Vinci, Raphael, Michaelangelo, Niccolo Machiavelli, Montesquieu, Nicolaus Copernicus, Christopher Columbus, Ferdinand Magellan, Petrarch, Johanes Keppler, Galileo galilei, Johannes Guttenberg.

Pada fase inilah kemudian dunia barat diasosiasikan sebagai "bangsa penemu".

Dari sini kemudian bangsa Eropa seperti Spanyol, Portugis, Inggris, Prancis, Belanda berlomba mengarungi samudra untuk mencari koloni demi kejayaan kembali Eropa yang melahirkan kolonialisme dan imperialisme.

Namun jika dirunut jauh kebelakang sejatinya ilmu dan pengetahuan berkembang tidak berdiri sendiri namun dengan saling mempengaruhi antar peradaban.

Karena penaklukan-penaklukan dengan jalan diplomasi atau perang tentu membutuhkan pengetahuan geografis, astronomi, metalurgi (teknik bahan logam) untuk logistik perang dan strategi politik serta ilmu perang agar dapat menjangkau dan menguasai daerah yang lebih luas baik kontinen maupun ketika harus menyebrangi sungai besar (Nil, Eufrat, Tigris, Indus) dan lautan (Aegean, Mediterania, Hitam, Merah, Kaspia, Teluk Persia).

Dengan catatan sejarah wilayah penguasaan yang sangat luas lintas benua seperti Kerajaan Mekedonia (Yunani Kuno) dan Akhaimenia (Persia) menunjukkan bahwa ilmu dan pengetahuan tidaklah mutlak bersumber dari Yunani Kuno. Mengapa?

Karena sebelum eksistensi Makedonia (Yunani Kuno) dan Persia, lebih awal ada kerajaan-kerajaan kuno di anak benua India, Kerajaan Mesir di Afrika dan kerajaan Babilonia di Asia Tengah yang meninggalkan jejak peradaban seperti pemerintahan (genealogi/silsilah), bangunan, bilangan, bahasa dan tulisan, senjata perang, dll.

Misalnya sisa bangunan kota Mohenjo Daro dan Harappa di lembah Sungai Indus diperkirakan 3300 SM, Piramida di Mesir yang dibangun 2551 SM, bahasa Avesta 2000 SM, bahasa Sanskerta 2000 SM (masih dipergunakan hingga saat ini), tulisan Hammurabi Babilonia 1696 SM.

Filsafat Timur

Jika filsuf Yunani Kuno mewakili pemikiran barat maka filsuf timur (India Kuno) diantaranya ada tokoh Bhrgu, Kapila, Wasista, Parasara, Valmiki, Vyasa, Patanjali, Panini, Kananda.

Bhrgu adalah seorang pemimpin tujuh Rsi (saptarsi) dijaman pertama kali manusia mendiami bumi. Bhrgu adalah perintis Jyotisha (astronomi) dan bersama Manu (ras manusia pertama) menyusun kitab Manusmerti/Manawa Dharmasastra yang merupakan kitab undang-undang yang mengatur kehidupan manusia awal.

Salah satu putra Bhrgu adalah Jamadagni yang kemudian menjadi tujuh Rsi di jaman Manwantara ketujuh. Jamadagni kemudian memiliki putra bernama Parasurama.

Jika saat ini dunia masih pada masa Manwantara ke-7 (tujuh) artinya bumi benar-benar akan "kiamat" total masih dalam jangka waktu yang sangat lama dari 14 Manwantara.

Pada periode Manwantara ketujuh ini umat manusia dipimpin oleh Waiwaswata Manu pendiri Suryawangsa/Dinasti Matahari dan pendiri kota Ayodhya, Kerajaan Kosala. Pada era ini Tuhan (Wisnu) memberitahu Waiwaswata Manu bahwa bencana air bah akan melanda bumi. Manusia akhirnya selamat dalam bahtera yang ditarik ikan penjelmaan Wisnu Avatara (Matsya).

Hipotesa pergeseran benua berdasarkan Skala Waktu Geologi yang digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah bumi menyatakan bahwa Superbenua/Superkontinen Yilgarn adalah kraton, daratan pertama di bumi yang terbentuk sekitar 4,4 miliar tahun lalu. Meski telah dikemukakan sejak abad ke-16, hipotesis ini baru disampaikan secara ilmiah oleh Alfred L. Wegener dalam buku berjudul The Origin of Continent and Oceans (1912).

Akibat proses geologi pergerakan lempeng sekitar 3,6 miliar tahun lalu Superbenua ini pecah menjadi Kraton Kapvaal dan Kraton Pilbara lalu kedua kraton inilah yang membentuk Superbenua Vaalbara.

Ur adalah benua setelah Vaalbara yang mungkin terbentuk kira-kira 3,1 miliar tahun lalu. Kemudian "sekitar 2,72 miliar tahun" yang lalu, Ur menjadi bagian dari Superbenua Kenorland.

Namun Superbenua Kenorland bukanlah satu-satunya daratan di muka bumi pada saat itu karena ada daratan lain yang dikenal dengan "Anak Benua India".

Ahli geologi memperkirakan kehidupan sudah ada sejak 3,5 milyar tahun lalu (mahluk hidup atau manusia?).

Karena berdasarkan Brahmapurana saat ini dunia telah memasuki Jaman Kali Yuga sejak 3102 SM - sekarang. Sehingga usia kehidupan "manusia" diperkirakan ada sejak 1,844 milyar tahun yang lalu (lebih mendekati hipotesa Kenorland dan Anak Benua India)

Manwantara adalah satuan waktu (skala logaritma) yang terdiri dari 71 Mahayuga dan 14 Manwantara. Menurut Brahmapurana 1 Manwantara = 71 4.320.000 tahun = 306.720.000 tahun.

Karena telah memasuki Manwantara ke-7 maka 6 x Manwantara + Satya Yuga + Treta Yuga + Dwaparayuga + Kaliyuga  = 1.840.320.000 + 1.728.000 + 1.296.000 + 864.000  + 3102 + 2001 = 1.844.213.103

Kapila adalah seorang filsuf aliran Samkhya yang merupakan filsafat tertua India Kuno. Samkhya kehadirannya lebih tua dari Veda (Sruti/wahyu maupun Smerti/yang diingat), Itihasa (sejarah Ramayana dan Mahabharata) dan Purana (cerita kuno yang diingat).

Filsafat Samkhya mengakui dua realitas yang saling bertentangan tetapi bisa bersatu, yaitu Purusa dan Prakrti. Purusa adalah unsur yang bersifat kejiwaan sedangkan Prakerti adalah unsur yang bersifat materi. Hasil evolusi inilah kemudian menciptakan terjadinya alam semesta. Artinya Tuhan menciptakan alam semesta ini secara bertahap.

Dalam filsafat Samkhya pengetahuan diperoleh melalui Tri Premana yakni: Pratyaksa Pramana (pengamatan langsung), Anumana Premana (pemikiran logis), Sabda Pramana (tradisi lisan). Setelah diwahyukan, Veda diteruskan dari generasi ke generasi melalui tradisi lisan karena Veda sendiri artinya ilmu pengetahuan. Maknanya bergeser menjadi kitab suci karena dalam perkembangannya lahir agama-agama era abad modern.

Wasista adalah seorang filsuf India Kuno yang memimpin tujuh Rsi (saptarsi) dijaman Ramayana saat Kerajaan Kosala yang beribukota Ayodya dipimpin oleh Dasarata, ayah Rama sebagai keturunan ke-63 Dinasti Surya/Suryawangsa. Wasista menjadi gurunya Rama dan adik-adiknya. Wasista juga dikenal sebagai penyusun Mandala VII RgVeda (Veda diwahyukan dari jaman ke jaman).

Parasara adalah seorang filsuf India Kuno yang menulis Jyotisha (astronomi) dan Wisnu Purana. Parasara adalah cucu Wasista dan ayah dari Vyasa.

Valmiki/Balmiki menulis sejarah perjalanan Rama dalam Ramayana di jaman Treta Yuga yang terjadi jauh sebelum era Mahenjodaro dan Harrapa. Oleh Mataram Kuno kemudian tahun 870 M disadur menjadi Kekawin Ramayana berbahasa Jawa Kuno.

Vyasa 1700 SM seorang filsuf dan sastrawan India Kuno yang mengumpulkan dan membukukan Veda dari jaman ke jaman menjadi 4 kelompok yakni RgVeda, Sama Veda, Yayur Veda, Atharva Veda.

Vyasa bersaudara lain ayah dengan Citranggada dan Wicitrawirya. Vyasa juga kakek dari Pandawa dan Kurawa.

Vyasa lah yang meriwayatkan sejarah Mahabharata. Mahabharata yang mengisahkan perang Bharatayuda mendapat predikat sebagai puisi terpanjang di dunia yakni 10 kali lipat gabungan Ilias (mengisahkan perang Troya) dan Odiseia (perjalanan Odisseus setelah perang Troya) tulisan filsuf Yunani Kuno, Hemeros tahun 800 SM.  

Dalam Mahabharata juga memuat wejangan Krishna kepada Arjuna tentang filsafat Vedanta yang kemudian dibukukan menjadi Bhagavad Gita (Kidung Ilahi) sehingga dikenal sebagai Veda ke-5. Vyasa juga pelopor Vedanta, salahsatu aliran filsafat Hinduisme.  

Satapatha Brahmana 900 SM, telah mendifinisikan bilangan (pi) yang merupakan bilangan irasional (tidak bulat) sebagai perbandingan keliling lingkaran dengan diameter. Konstanta ini kemudian banyak digunakan dalam rumus matematika modern.

Patanjali 800 SM menulis Upanisad bagian dari Veda tentang filsafat, meditasi/Yoga dan konsep ketuhanan. Yoga merupakan praktek pelaksanaan Veda. Patanjali bukanlah pencipta Yoga, tapi mengajarkan Yoga yang ditulis dalam Yogasutra. Karena Yoga sudah ada ribuan tahun sebelumnya.

Sulba Sutra 800 SM, merupakan tulisan tentang geometri (ilmu ukur bidang) yang menggunakan bilangan irasional, bilangan prima, akar kubik, menghitung akar kuadrat, persamaan linear dan kuadrat, persamaan segitiga siku secara aljabar yang kemudian di Yunani dikenal sebagai Phytagoras. Tentu ilmu ukur bangun ruang telah ada saat dibangunnya bangunan dan jaringan irigasi kota Mohenjo Daro dan Harrapa.

Kananda 600 SM seorang ilmuwan dan filsuf India Kuno. Mendirikan Waisesika sebagai salah satu aliran filsafat Hinduisme. Mengembangkan dasar-dasar pendekatan atomistis terhadap ilmu fisika dan filsafat dalam sastra Sanskerta.

Surya Siddhanta, 600 SM manuskrip astronomi dan matematika berbahasa Sanskerta yang menjelaskan aturan untuk menghitung pergerakan berbagai planet dan bulan relatif dengan sejumlah rasi bintang, diameter berbagai planet, serta menghitung orbit berbagai benda astronomi. Nama tata Surya disebutkan dengan Aditya (Matahari), Pertiwi (Bumi), Soma (Bulan), Budha (Merkurius), Sukra (Venus), Angaraka (Mars), Brihaspati (Jupiter), Saniscara (Saturnus), Rahu dan Ketu.

Panini 500 SM adalah seorang filsuf India Kuno yang dikenal sebagai penulis Ashtadhyayi dengan aksara Kharosthi (aksara yang digunakan di Kerajaan Gandhara) yang merupakan penyelidikan tata bahasa secara ilmiah (linguistik) pertama pada bahasa Sanskerta. Notasi yang digunakan sama dengan notasi matematika modern.

Karena Sanskerta merupakan salahsatu bahasa Indo Eropa maka kosakata untuk bilangan sangat mirip dengan bahasa Yunani dan Latin.

Ada 18 kitab Purana yang mulai dibukukan sejak 500 SM yaitu Brahmapurana, Matsyapurana, Wisnupurana, Bhagawatapurana, Warahapurana, Wamanapurana, Markandeyapurana, Wayupurana, Agnipurana, Naradapurana, Garudapurana, Linggapurana, Padmapurana, Skandapurana, Bhawisyapurana, Brahmandapurana, Brahmawaiwartapurana, Kurmapurana

Filsafat Barat

Yunani mengenal huruf alfabet sekitar 800 SM. Dari sini kemudian lahir karya Emeros berupa epos Yunani termasuk tulisan tentang perang Troya.

Thales 624 SM - 546 SM. Selain seorang filsuf, dia juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Anaximandros 610 SM-546 SM, Pythagoras 570 SM-495 SM.

Periode klasik Yunani (500 - 323 SM) ditandai dengan kekuasaan politik antara Athena, Sparta dan Mekedonia. Filsuf yang hidup saat itu diantaranya Socrates 469 SM - 399 SM merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates adalah guru Plato. Plato 427 SM - 347 SM, Aristoteles 384 SM - 322 SM.

Pertemuan Timur dan Barat

Periode Helinistis Yunani (323 - 146 SM) ditandai pasca meninggalnya Alexander Agung dengan berakhirnya kekuasaan Makedonia yang digantikan oleh Romawi.

Periode Romawi ditandai dengan jatuhnya Korinthos (antara Sparta dan Athena) ke tangan Romawi hingga berdirinya Bizantyum/Konstantinopel ibukota Romawi menggantikan Nikomedia (Anatolia) oleh Konstantinus pada 330 SM.

Lahirnya Kekaisaran Maurya di India Kuno diawali dengan kedatangan pasukan Alexander Agung, raja Makedonia ke wilayah Asia Selatan pada 327 SM untuk misi penaklukan dan penyebaran budaya Yunani.

Ketika Alexander bersama pasukannya berhasil menguasai daerah Punjab, lembah Sungai Indus, seorang Brahmana bernama Canakya melakukan perjalanan ke Magadha.

Kehadiran Alexander Agung ke lembah Sungai Indus dimanfaatkan oleh Canakya untuk menyiapkan dan membimbing Candragupta untuk menghancurkan Raja Dhana Nanda (dinasti Nanda) penguasa Kerajaan Magadha. Dhana Nanda adalah putra Mahapadma Nanda.

Pasca kemunduran Kerajaaan Kuru yang dipimpin keturunan Parikesit (cucu Arjuna) kerajaan yang masih kuat di India kuno saat itu adalah Magadha.

Kerajaan Magadha adalah salahsatu dari enam belas kerajaan Mahajanapada peninggalan era Ramayana dan Mahabharata sebelum munculnya Jainisme/Jainadharma dan Buddhisme pada tahun 500an SM sebagai "aksi protes" terhadap praktek kasta dan ritual Sanatana Dharma/Hinduisme.

Keberadaan 16 kerajaan dalam Mahajanapada bukanlah fiktif karena dikuatkan dalam naskah Buddhis Anguttara Nikaya yakni:

1) Kerajaan Anga, dalam Mahabharata Duryodana menugaskan Karna sebagai Raja Anga

2) Kerajaan Assaka/Asmaka/Aswaka

3) Kerajaan Avanti, tempat masa muda Balarama dan Krishna menimba ilmu

4) Kerajaan Chedi, dalam Mahabharata raja Chedi, Sisupala dibunuh oleh Krishna

5) Kerajaan Gandhara, Gandari ibu Kurawa dan Sangkuni paman Kurawa adalah putra raja Gandhara. Beribukota di Purushapura/Peshawar. Ahli tata bahasa Sanskerta Panini juga berasal dari Gandhara.

6) Kerajaan Kashi/Kasi, dalam Ramayana ditulis ibu tiri Rama atau ibu kandung Lakshmana dan Satrughna, Dewi Sumitra berasal dari Kashi

7) Kerajaan Kamboja/Kamvoja, dalam Mahabharata dikenal sebagai daerah yang memiliki penunggang kuda yang tangguh kemungkinan merujuk kepada Afganistan saat ini

8) Kerajaan Kosala, kerajaan pertama di India Kuno yang didirikan oleh Waiswawata Manu, Suryawangsa (Dinasti Matahari) ke-2, beribukota di Ayodhya. Rama sebagai Dinasti Matahari ke-64 pernah menjadi Raja Kosala setelah kembalinya Shinta dari Alengka.

9) Kerajaan Kuru, pada masa Mahabharata kerajaan Kuru pernah dibagi dua yakni Kuru yang beribukota di Hastinapura dipimpin Duryodana dan Kurujanggala beribukota di Indraprastha dipimpin Yudistira. Pasca Bharatayuda Kerajaan Kuru dilanjutkan oleh Parikesit

10) Kerajaan Malla, berbatasan dengan Kerajaan Kosala

11) Kerajaan Machcha/Matsya, dalam Mahabharata, Raja Wirata merupakan seorang raja dari Matsya, yang kemudian mendirikan kerajaan baru bernama Wirata. Satyawati, istri raja Kuru, Santanu, berasal dari kerajaan Matsya. Pernikahannya melahirkan Citranggada dan Wicitrawirya. Sebelumnya, Santanu dan Dewi Gangga melahirkan Bisma/Dewabrata.

12) Kerajaan Panchala, Pancala Selatan dipimpin oleh Raja Drupada, ayah Drupadi dan Pancala Utara dipimpin oleh Aswatama, putera Drona. Kedua kerajaan tersebut dipisahkan oleh sungai Gangga

13) Kerajaan Surasena, beribukota di Mathura, didirikan era Ramayana oleh Satrughna, adik Sri Rama, lalu di era Mahabharata diteruskan Wangsa Yadawa. Raja Basudewa adalah kakak Kunti. Ayah dari Baladewa, Krishna dan Subadra.

Raja yang terkenal adalah Kamsa. Kamsa dibunuh oleh Krishna. Setelah itu Kresna mengambil alih pemerintahan Surasena. Ketika invasi Raja Jarasanda raja Magadha, wangsa Yadawa mengungsi ke Dwaraka dan mendirikan kerajaan Dwaraka.

Pernikahan Subadra dan Arjuna melahirkan Abimanyu. Generasi kedua Pandawa hanya Abimanyu yang punya keturunan yaitu Parikesit. Selanjutnya keturunan Parikesit yang mewarisi kerajaan Kuru yang kemudian makin meredup kalah oleh Kerajaan Magadha.

14) Kerajaan Magadha, dalam Mahabharata Raja Jarasandha dibunuh oleh Bhima. Kerajaan Magadha pernah dipimpin oleh Dinasti Nanda 344 - 321 SM.

15) Kerajaan Vriji, nama kerajaan ini berasal dari salah satu klannya yang pernah berkuasa, yakni Vjis. Daerah kekuasaannya adalah daerah di Mithila. Negara Vajji diindikasikan berbentuk sebuah republik. Keberadaan Kerajaan ini juga ditulis oleh Pini, Chanakya, dan Xuanzang.

16) Kerajaan Vatsa/Vamsa, beribu kota di Kausambi, sekarang dikenal sebagai Kosam di Uttar Pradesh, India.

Setelah berhasil membunuh Nanda, raja Magadha lalu Candragupta dan Canakya mendirikan Kerajaan Maurya beribukota di Pataliputra, lembah Sungai Gangga dan mengangkat Candragupta sebagai Raja pada tahun 322 - 298 SM.

Kematian Alexander Agung pada tahun 324 SM membuat Candragupta kemudian berhasil menguasai hampir seluruh daratan India hingga wilayah kekuasaan Macedonia (Yunani Kuno) dan Akhaimenia (Persia) seperti Afganistan, Pakistan, Iran, Thusara (Turkmenistan), Parama Kamboja (Tajikistan), Uttara Kuru (Kyrgistan), Nepal, Bhutan.

Periode inilah awal pertemuan filsafat timur (India Kuno) dengan filsafat barat (Helenesia/Yunani Kuno).

Kerajaan Maurya mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Ashoka yang Agung (272-232 SM), cucu dari Chandragupta. Era Ashoka mempopulerkan aksara Brahmi pada pahatan-pahatan di dinding batu.

Hingga saat ini asal usul aksara Brahmi masih diperdebatkan. Bagi cendikiawan India, aksara Brahmi berasal dari peradaban Indus, sementara cendikiawan Eropa menganggap aksara Brahmi dipengaruhi oleh bangsa Smit (Mesopotamia). Perdebatan ini menarik mengingat aksara Brahmi berpengaruh kepada tradisi penulisan diseluruh dunia. Dan jika dikaitkan dengan angka Brahmi maka telah mengilhami bentuk grafis sistem bilangan di seluruh dunia.

Aksara Brahmi kemudian berkembang diantaranya menjadi Aksara Gupta, Dewanagari, aksara Siddham dalam perluasan ajaran Buddhisme yang mempengaruhi aksara Tibet, China, Korea, aksara Kana (Jepang) serta Palawa yang mempengaruhi aksara Kawi di Nusantara dan akhirnya berkembang menjadi aksara Sunda, Jawa, Bali, Batak (Karo, Simalungun, Toba, Mandailing, Pakpak), Lampung, Lontara (Bugis, Makassar), Rejang (Sumatera bagian selatan dan Bengkulu).

Canakya juga dikenal dengan nama lain Wisnugupta yang berarti seorang perdana menteri, ahli politik, ahli ekonomi, tokoh agamawan (Brahmana) dan sastrawan agung yang menulis Nitisastra.

Niti berarti kebijaksanaan, sedangkan Sastra mempunyai makna ajaran pengetahuan. Nitisastra mengandung ajaran yang luas. Namun secara sempit diartikan sebagai ajaran tentang kebijaksanaan duniawi, etika sosial politik, tuntunan dan juga berarti ilmu pengetahuan tentang negara atau ilmu politik berdasarkan Hinduisme.

Niti Sastra sebenarnya juga banyak berisikan tentang etik, etika, dan mistik. Tidak seperti anggapan kebanyakan orang bahwa Nitisastra hanya sebatas teori kepemimpinan.

Dalam menulis teori kepemimpinan, pemikiran Canakya tentu dilhami oleh Veda serta kitab yang lebih tua pada masanya karena Kitab Ramayana juga menceritakan wejangan Sri Rama kepada Wibisana untuk memimpin Alengka pasca terbunuhnya Rahwana yang dikenal dengan Asta Brata (delapan pegangan atau pedoman).

Dalam Manusmerti IX 303 Asta Brata dijelaskan sebagai berikut:

(1) Indra Brata, laku Dewa Indra yang selalu memberikan hujan dan air yang memungkinkan tumbuh dan hidupnya tumbuh-tumbuhan serta makhluk didunia ini. Bahwa pemimpin itu selalu memikirkan nasib anak buahnya, selalu bekerja untuk mencapai kemakmuran masyarakat secara menyeluruh.

(2) Yama Brata, laku Dewa Yama sebagai dewa keadilan dengan menghukum segala perbuatan jahat, bahwa seorang pemimpin haruslah menegakkan supremasi hukum dan berlaku adil tanpa membeda-bedakan strata sosial.

(3) Surya Brata, laku Dewa Surya/matahari bahwa seorang pemimpin dalam tugasnya harus dapat memberikan penerangan kepada anak buahnya atau bawahannya serta memberikan kekuatan kepadanya. Matahari tak pernah berhenti memancarkan sinarnya ke segala pelosok dunia dan menerangi seluruh alam semesta ini tanpa pandang tempat, rendah dan tinggi sehingga Pemimpin harus selalu memotivasi bawahannya tanpa lelah.

(4) Candra Brata, laku Dewa Candra/bulan bahwa seorang pemimpin harus mampu memberikan penerangan yang sejuk dan nyaman seperti halnya bulan yang menyinari kegelapan.

(5) Bayu Brata, laku Dewa Bayu, Pemimpin harus dapat memberikan kekuatan energi positif dan menciptakan ketenangan dan kesejukan.

(6) Kuwera Brata, laku Dewa Kuwera, bahwa Pemimpin haruslah dapat memberikan contoh kedermawanan. Membangun relasi sosial untuk rela berbagi kepada yang dipimpin.

(7) Baruna Brata, laku Dewa Baruna bahwa Pemimpin hendaknya mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas dan bijaksana didalam menyikapi semua permasalahan yang ada. Dengan pengetahuan yang luas pemimpin mampu menyelesaikan setiap persoalan dengan cemerlang.

(8) Agni Brata, laku Dewa Agni bahwa Pemimpin haruslah mempunyai semangat dan keberanian yang menyala-nyala laksana api dalam menyelesaikan segala pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Abad Pertengahan

Aryabhata (476 - 550 M), adalah matematikawan dan astronom India, penulis rumus matematika awal. Selama berabad-abad, ahli matematika mencari nilai pasti Pi, tapi baru Aryabhata menemukan perkiraan yang tepat yakni 3,1416. Penemuan ini penting untuk Trigonometri (ilmu ukur ruang)

Brahmagupta (598 - 665 M), adalah matematikawan dan astronom India, penulis rumus matematika awal. Terminologi "shunya" yang merepresentasikan ide filosofis tentang kekosongan dijadikan istilah baru oleh Brahmagupta dalam ilmu matematika menjadi "angka nol".

Brahmagupta kesulitan tatkala berusaha membagi angka satu dengan nol. Pernyataannya, angka apa yang jika dikalikan nol maka hasilnya sama dengan satu? Maka Brahmagupta melahirkan konsep matematis baru yakni "ketidakterbatasan/tak terhingga". Sehingga 1 dibagi nol hasilnya adalah tak terhingga.

Setelah penemuan angka nol, Brahmagupta juga memformulasikan angka pecahan dan angka negatif. Brahmagupta selanjutnya menulis aturan perhitungan dengan menggunakan angka nol.

Pemahaman Brahmagupta soal angka negatif memungkinkannya melihat bahwa persamaan kuadrat akan selalu memiliki dua solusi. Salah satu dari jawaban itu dapat berupa angka negatif. Brahmagupta bahkan mampu memecahkan persamaan kuadrat dengan dua variabel X dan Y. Pemikiran inilah kemudian merevolusi matematika.

Al Khawarizmi (780 - 850 M), adalah matematikawan dan astronom Persia, penulis rumus matematika awal.

Leonardo da Pisa "Fibonacci" (1170 - 1250 M) adalah salah satu ilmuwan matematika Italia. Ia dikenal karena memperkenalkan seri Fibonacci. Berdasarkan buku The Art of Computer Programming karya Donald E. Knuth, barisan "seri Fibonacci" ini pertama kali sebenarnya telah dijelaskan oleh matematikawan India, Gopala dan Hemachandra pada tahun 1150 M, ketika menyelidiki berbagai kemungkinan untuk memasukkan barang-barang ke dalam kantong.

Rene Descartes (1596-1650 M), adalah seorang matematikawan, fisika dan seorang filsuf Prancis, terkenal karena filosofi 'Cogito Ergo Sum' nya. Memberikan dasar-dasar kalkulus modern.

Pierre de Fermat (1607 - 1665 M), adalah matematikawan Prancis, mempresentasikan Persamaan Kwadrat yang sudah ditemukan oleh Brahmagupta di India ratusan tahun sebelumnya.

Isaac Newton (1642 - 1726 M), adalah seorang matematikawan, fisikawan dan filsuf Inggris. Karya bukunya Philosophi Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687 dianggap sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini meletakkan dasar-dasar mekanika klasik. Dalam karyanya ini, Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad.

Era Majapahit

Teori kepemimpinan Nitisastra yang ditulis Canakya, pada seribu delapan ratusan tahun kemudian era Majapahit, diadopsi kedalam bahasa Kawi/Jawa Kuno tentu dengan konteks Nusantara saat itu. Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan di Eropa (dunia barat) telah mengilhami Machiavelli seorang filsuf Italia di masa Renaisance menulis buku politik Il Prinsipe (studi klasik tentang kekuasaan).

Di Jawa dan Bali, Nitisastra ini terdiri dari 83 bait puisi dalam sepuluh pupuh. Niti Sastra dikenal pula sebagai Raja Dharma, Dandaniti, Raja Niti dan istilah yang paling tua adalah Artha Sastra.

Atas dasar sumber sastra tersebut maka politik bukanlah hal tabu karena Niti Sastra merupakan sebuah konsep penataan pemerintahan dalam rangka pembangunan negara (nation and character building) sebagaimana dimaksud pendiri bangsa, Bung Karno.

Niti Sastra juga mengajarkan tanggung jawab sebagai warga negara untuk patuh terhadap konstitusi dan produk hukum lainnya serta pelaksanaan kewajiban dan hak warga negara atas kebijakan pemerintah dalam rangka mewujudkan negara kesejahteraan, menanamkan jiwa patriotisme dan kesadaran untuk membela bangsa dan negara.

Tujuan mempelajari Niti Sastra adalah agar tercapainya tujuan Dharma atau disebut dengan Dharma Sidhyartha. Dalam mencapai kebenaran hendaknya harus mempertimbangkan lima unsur yang disebut dengan Iksa, Sakti, Desa, Kala dan Tattwa.

(1) Iksa, berarti pandangan atau cita-cita untuk mencapai kesejahteraan;

(2) Sakti, berarti kekuatan atau kemampuan dalam mencapai cita-cita, dalam hal ini hendaknya haruslah dimiliki kekuatan yang sesuai;

(3) Desa, berarti batasan-batasan atau juga bisa disebut dengan keadaan. Dalam berbuat hendaknya harus mengetahui keadaan terlebih dahulu sebelum bertindak;

(4) Kala, berarti waktu, hendaknya juga harus mempertimbangkan waktu sebelum melakukan sesuatu;

(5) Tattwa berarti hakekat kebenaran, dalam menjalankan sesuatu hendaknya berdasarkan atas kebenaran.

Kriteria kepemimpinan menurut Niti Sastra (Sad Warnaning Rajaniti) yang ditulis Candra Prkash Bhambari dalam buku "Substance of Hindu Polity":  

(1) Abhigamika ialah Pemimpin harus tampil simpatik, dan mengutamakan kepentingan rakyat diatas kepentingan pribadi atau golongan

(2) Prajna ialah Pemimpin harus bersikap arif dan bijaksana dan menguasai ilmu pengetahuan teknologi, agama serta dapat dijadikan panutan bagi rakyatnya

(3) Utsaha ialah Pemimpin harus progresif, proaktif, berinisiatif, kreatif dan inovatif serta rela mengabdi tanpa pamrih untuk kesejahteraan rakyat

(4) Atma Sampad ialah Pemimpin mempunyai integritas dan visioner demi kemajuan bangsanya

(5) Sakya Samanta ialah Pemimpin harus mampu mengontrol bawahan, tegas dan berani bertindak adil

(6) Aksudra Pari Sakta ialah Pemimpin harus bisa berdiplomasi, akomodatif, mengelola perbedaan sebagai potensi kekuatan, mengutamakan permusyawaratan dan bijak dalam menyerap aspirasi rakyat.

Era Majapahit oleh Prapanca pedoman kepemimpinan dalam Asta Brata dikembangkan menjadi Paca Dasa Pramiteng Prabhu. Adapun kelima belas bagian dari Paca Dasa Pramiteng Prabhu tersebut adalah :

(1) Wijayana (bijaksana dalam setiap masalah)

(2) Mantri Wira (pemberani dalam membela negara)

(3) Wicaksananengnaya (sangat bijaksana dalam memimpin)

(4) Natanggwan (dipercaya oleh rakyat dan negaranya)

(5) Satya Bhakti Prabhu (selalu setia dan taat pada atasan)

(6) Wagmiwak (Pandai bicara dan berdiplomasi)

(7) Sarjawa Upasama (sabar dan rendah hati)

(8) Dhirotsaha (teguh hati dalam setiap usaha)

(9) Teulelana (teguh iman dan optimistis)

(10) Tan Satrsna (tidak terlihat pada kepentingan golongan atau pribadi)

(11) Dibyacita (lapang dada dan toleransi)

(12) Nayakken Musuh (mampu membersihkan musuh-musuh negara)

(13) Masihi Samasta Bawana (menyayangi isi alam)

(14) Sumantri (menjadi abdi negara yang baik)

(15) Gineng Pratigina (senantiasa berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk)

Akhirnya dapat dinyatakan bahwa Pertemuan filsafat timur (India Kuno) dengan filsafat barat (Yunani Kuno) telah menjadi titik penting pada perkembangan peradaban Abad Pertengahan hingga dunia modern saat ini.

"Aku akan menghilangkan semua pembahasan ilmu tentang India...Penemuan-penemuan cerdik mereka di bidang astronomi- penemuan yang lebih cerdik daripada orang-orang Yunani dan Babilonia dan metode perhitungan berharga mereka yang melampaui keterangan. Aku hanya ingin mengatakan bahwa perhitungan ini dilakukan dengan cara sembilan tanda-tanda. Jika seseorang percaya bahwa karena mereka bisa berbicara bahasa Yunani mereka telah tiba di batas-batas ilmu pengetahuan mau membaca teks-teks India, mereka akan yakin, bahkan jika sedikit terlambat, pada hari itu ada orang lain yang tahu sesuatu mengenai nilai," Severus Sebokht seorang uskup Nestorian tahun 662 M.

"Adalah India yang memberi kita metode cerdik mengekspresikan semua angka dengan sarana sepuluh simbol, masing-masing simbol menerima nilai posisi, serta nilai mutlak; sebuah pemikiran mendalam dan penting yang muncul begitu sederhana bagi kita saat ini adalah bahwa kita mengabaikan prestasi yang sesungguhnya, namun sangat sederhana, kemudahan yang telah diberikan kepada semua perhitungan, menempatkan aritmetika pada peringkat pertama dari penemuan-penemuan berguna, dan kita akan menghargai keagungan prestasi ini ketika kita ingat bahwa hal ini lolos dari pemikiran jenius Archimedes dan Apollonius, dua pemikir terbesar yang dihasilkan oleh zaman," Pierre Simon Laplace matematikawan Prancis (1749-1827 M).

"Veda memiliki dua sisi menarik, ia milik sejarah dunia dan pada sejarah India. Selama manusia terus mengambil sesuatu yang menarik dalam sejarah bangsanya dan selama kita mengumpulkannya dalam perpustakaan dan museum, sisa-sisa peninggalan dari jaman prasejarah, tempat pertama dalam deretan panjang yang terdiri dari rekaman bangsa Arya sebagai cabang ras manusia, selamanya akan ditempati oleh RgVeda," F. Max Muller seorang filsuf Jerman (1823 - 1900 M)

"Material-material berharga atau tahan lama seperti emas, perak, perunggu, marmer, batu onix atau granit telah dipergunakan oleh orang-orang kuno untuk mengabadikan perolehannya. Namun tidak demikian halnya dengan orang-orang Arya kuno. Mereka berpaling pada apa yang tampaknya sebagai material yang mudah berubah dan goyah dari semuanya yaitu kata-kata yang diucapkan dan dari gelembung-gelembung udara ini membentuk suatu monumen yang lebih dari 30 atau bahkan lebih dari 40 abad ini tetap tak tersentuh oleh waktu ataupun unsur-unsur waktu. Karena piramida-piramida telah dikikis oleh angin padang pasir, batu-batu pualam hancur akibat gempa bumi dan emas telah dicuri oleh para perampok, sementara Veda tetap diucapkan setiap hari oleh rantai generasi yang tak terputus, yang mengembara bagaikan gelombang besar melalui substansi pikiran yang hidup," Jean Lee Mee seorang Professor di The Cooper Union New York ( - 2020 M)

"Veda sampai kepada kita dengan tradisi lisan yang sangat teliti, yang secara sadar dirancang untuk mencegah terjadinya suatu distorsi (perubahan bentuk)....,Monumen utama dari agama awal yang tidak menyisakan kepada kita sisa-sisa arkeologis, tanpa gereja, tanpa dogma, tanpa pendiri dan hampir-hampir tanpa sejarah, bentuk peraturan dari kitab Hindu yang intinya merupakan kumpulan lebih dari seribu syair pujian, yang jumlah keseluruhannya lebih dari sepuluh ribu sloka, yang dikenal sebagai RgVeda," Jean Lee Mee.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun