Mohon tunggu...
KOMENTAR
Foodie Pilihan

Bubur Sumsum Daun Suji, Mudah Dibuat Cocok untuk Menu Sarapan

9 Oktober 2022   20:37 Diperbarui: 9 Oktober 2022   20:38 1757 36
Salah satu resep warisan simbah yang kerap saya praktekkan adalah olahan jenang sumsum atau bubur sumsum.  

Ya, simbah dulu kerap membuat bubur sumsum dengan rasa gurih, manis, dan legit.  Biasanya bila buburnya sudah nyaris habis, saya pun dengan heroiknya mengoreti atau memakan sisa-sisa bubur yang ada di panci.  Kegiatan ini memiliki sensasi yang luar biawak eh biasa, heuheu.

Walaupun terlihat mudah, dulu itu persiapan membuat olahan ini agak rumit dan memakan waktu yang cukup lambreta eh lama secara zaman dulu gak ada bahan-bahan instan.

Tepung berasnya harus melalui proses yang lumayan panjang. Beras dicuci, ditiriskan, dijemur, ditumbuk memakai lumpang, lalu diayak.  Rempong banget, kan?

Belum lagi membuat santannya.  Kelapanya diparut terlebih dahulu lalu diperas berkali-kali bersama air untuk mendapatkan santan dengan konsistensi yang diinginkan.

Tapi kini, semua itu bisa dilibas dengan bahan-bahan instan.  Tepung beras sudah ada yang dalam kemasan begitu pula santannya.  Hal ini sangat mempermudah dan mempercepat proses pembuatan bubur sumsum atau yang juga dikenal dengan bubur lemu.

Bubur sumsum sendiri merupakan olahan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.  Seperti halnya olahan-olahan masakan atau makanan tradisonal lainnya, bubur sumsum memiliki filosofinya tersendiri.

Bubur sumsum dalam acara syukuran atau hajatan dapat menjadi sarana dalam hal mempererat silaturahmi antar masyarakat.

Ya, biasanya dalam acara hajatan, ada tetangga atau saudara yang ikut serta dalam membantu prosesnya.  Nah, bubur sumsum ini biasanya dibagikan kepada mereka yang telah membantu atau bahasa Jawanya rewang sebagai cara untuk mengembalikan tenaga, penghilang rasa lelah, dan pemberi semangat.

Bubur sumsum pun dipercaya mendatangkan keberkahan dan kesehatan.  Rasa manis yang berasal dari gula merah dapat mengembalikan energi dan rasa gurih dari tepung berasnya memberi rasa nyaman di mulut dan pencernaan.

Dilansir dari mediakom kemenkes, bubur sumsum sangat baik dikonsumsi oleh ibu hamil karena mengandung karbohidrat dan protein yang tinggi.  Selain itu, hidangan yang kerap menjadi menu di rumah sakit ini memiliki santan dengan kandungan zat besi yang dapat mambantu memproduksi hemoglobin sehingga dapat mencegah anemia.

Bubur sumsum pun dianggap sebagai simbol dari kesederhanaan dan rasa syukur.  Betapa tidak, keberadaan bubur saat awal kemunculannya adalah untuk menyiasati keterbatasan pangan.  Ya, beras yang awalnya dimasak menjadi nasi karena jumlahnya terbatas lalu dibuat menjadi bubur agar volumenya lebih banyak.

Dalam perjalanannya yang panjang di kancah perkulineran Indonesia, bubur sumsum mulai diberi warna, salah satunya warna hijau.

Di beberapa toko roti terkenal, saya kerap menemukan varian bubur sumsum berwarna hijau di divisi makanan tradisionalnya. Ada pula yang mengkombinasikan warna putih dan hijau sehingga tampil lebih cantik.

Bila sedang ingin menikmati bubur sumsum namun tidak sempat membuatnya, saya biasanya membeli bubur tersebut di mamang-mamang yang kerap mangkal di dekat pasar.  Satu cup-nya dijual seharga 5 ribu rupiah saja.

Nah, berhubung tadi pagi saya ingin membuat sarapan yang mudah, murah, dan yumi maka diputuskan untuk membuat bubur sumsum hijau.

Pewarna hijaunya saya buat dari daun suji yang berkolaborasi dengan daun pandan.  Kebetulan, saya memiliki satu pot tanaman suji.  Saya suka memakai pewarna makanan alami walaupun warna yang dihasilkannya gak sepekat pewarna makanan buatan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun