Yak, selain plus mata saya juga minus dan silindris, kumplit bagai martabak telor istimewa. Saya meng-cover minus dengan lensa kontak dan memakai kacamata plus ketika harus membaca jarak dekat. Silindrisnya sendiri sih gak dicover oleh apapun, yah, biarlah, bukankah jalan tak selamanya lurus, hyung?
"Makanya dulu itu jangan banyak baca buku di kegelapan." Begitu nasehatnya. Yakali baca di gua, ah ya sudahlah, terlanjur, sekarang mah terima saja dengan lapang dada.
Salah satu hobi saya memang membaca, dari saat tahu bahwa Wati adalah kakaknya Budi, dan Iwan adalah adiknya Budi dan Wati. Biasanya buku-buku yang saya baca dapat pemberian dari saudara atau dibelikan Bapak. Buku bekas sih tapi masih sangat layak dibaca.
Nah, ada buku cerita yang paling berkesan judulnya "Rumpelstiltskin." Belibet banget ini judul, lidah sampai dibikin mlintir. Buku ini di dapat Bapak dari keponakannya bersama beberapa komik dan majalah.
Saya terpesona pada pandangan pertama dengan ilustrasinya yang bagus sekali. Gambarnya halus, warnanya cerah, membuai dalam setiap kedipan mata. Setelah dibaca, ceritanya lumayan menarik dengan barisan huruf yang sangat indah. Saya tidak tahu buku itu diterbitkan oleh siapa, maklum lah ya saat itu masih unyuk-unyuk, gak terlalu notice dengan hal-hal seperti itu.
Rumpelstiltskin adalah sebuah dongeng yang datang dari negerinya Om Jurgen Klinsmann dan masuk dalam kumpulan dongeng Brothers Grimm. Kisahnya sendiri tentang seorang kurcaci yang menyelamatkan seorang gadis dengan cara memintal jerami menjadi emas.