Pintu itu tertutup dengan keras, beberapa kata umpatan masih terdengar jelas di telinganya.
Ken menatap rumah besar itu untuk terakhir kalinya. Rumah yang telah menaunginya selama 23 tahun terakhir.
Pemuda itu tahu bahwa keinginannya akan ditentang ayahnya. Tapi ia tetap mengatakannya juga. Ia tak tahan dengan semuanya, selama ini ia telah menuruti segala yang diperintahkan ayahnya bahkan mungkin sejak ia berada dalam kandungan ibunya.
Sang ayah telah menempatkan kepentingannya yang belum tercapai kepadanya. Sebentuk mimpi orang tua yang terkadang membuatnya merasa bahwa hidupnya bukanlah untuk dirinya sendiri.
Lima tahun sudah ia berkecipung dengan kuliahnya yang sama sekali tak ia minati. Beberapa bulan lagi ia akan menuntaskan segalanya. Gelar sarjana tehnik arsitektur akan segera ia sandang. Namun Ken tak menginginkan itu karena semua itu telah membuatnya gila.
"Pergi, dan jangan pernah kembali! Kamu bukan anak ayah lagi."