Kue bernama bolu hanya dapat dinikmati bila lebaran tiba. Jenis bolu yang dikenal pun hanya satu yaitu bolu zebra. Menjelang lebaran, ibu memesan bolu tersebut ke tetangga satu RT yang memiliki mixer. Ya, saat itu mixer hanya dipunyai oleh orang-orang tertentu karena harganya yang mahal. Ketiadaan mixer membuat ibu enggan membuat bolu karena harus mengocok telur dengan menggunakan kocokan manual alias whisk.
Nah, bolu yang ibu pesan untuk lebaran biasanya datang sehari sebelum hari besar tersebut lalu disimpan di tempat yang aman dan semua orang tidak boleh menyentuhnya apalagi memakannya sampai esok tiba. Oleh karena itu, bolu menjadi kue lebaran yang sangat disukai karena jarang ditemui dan harus ndakik-ndakik dulu untuk bisa menikmati. Bolu yang sungguh sakral.
Selain bolu ada beberapa kue kering yang kerap disajikan ibu seperti kue semprit, kue garpu, errr.... ya itu cuma dua deng haha.
Berbeda dengan ibu yang dulu harus susah payah menyediakan kue lebaran, kini membuat kue lebaran gak perlu pakai pikir panjang. Bikin mah bikin aja gak usah nungguin lebaran, lama.
Saya menyukai semua kue-kue kering sajian lebaran terutama jenis yang klasik tapi tetap ada peringkatnya. Lha wong orang kaya aja ada peringkatnya mosok kue kering enggak, heuheu.
Berikut ini adalah peringkat kue kering lebaran klasik berdasarkan kesukaan versi saya :
6. Putsal, ini bukan olahraga yang lapangannya pake rumput sintetis itu ya, tapi singkatan dari putri salju. Daya tarik putsal terletak pada taburan gula mint-nya, bagai salju di puncak gunung Jayawijaya. Saya biasanya membuat putsal dengan variasi kacang mete atau keju.