Suara derak halus mengiringi laju kereta yang membawanya pulang. Bangunan, pepohonan, sawah, tegalan dan sungai silih berganti bermunculan di pelupuk matanya bagaikan slide-slide film dokumenter yang baru saja ia lihat kemarin sore. Fitri mengembuskan nafasnya berat, seberat perasaan hatinya yang tengah tertikam pedih. Ia mendesah, luka di hatinya itu kembali menganga. Walau telah berkali-kali perasaannya dirobek oleh tajamnya pisau asmara, namun rasa sakit itu tetaplah mendera.
KEMBALI KE ARTIKEL