Dalam surat al-Ma'un ini, ada tujuh ayat yang menjelaskan ciri-ciri orang yang Allah sebut sebagai pendusta agama: mereka yang menghardik anak yatim, tidak memberi makan orang miskin, tidak melakukan sholat, berpura-pura, dan tidak mau membantu.
Al-Mn sendiri mengacu pada segala sesuatu yang bermanfaat, termasuk hal-hal kecil yang diperlukan orang dalam kehidupan sehari-hari, serta perbuatan baik seperti membantu sesama dalam hal-hal kecil. Dalam arti luas, al-Mn berarti bantuan atau pertolongan dalam setiap kesulitan. Oleh karena itu, surat ini membahas banyak topik kepedulian sosial.
Anak yatim adalah anak yang orangtuanya telah meninggal dunia, baik keduanya maupun salah satunya. Mereka kehilangan orang yang mencari nafkah saat mereka sendiri terlalu muda untuk memahami dan menjalani pekerjaan, dan mereka juga kehilangan orang yang menjadi pelindung dan pengasih yang seharusnya membangun mental dan spiritual mereka saat mereka masih sangat muda.
Karena kesulitan dan kesedihan yang mereka alami, Islam memerintahkan orang-orang untuk membantu, membela, dan melindungi hak-hak anak yatim. Dengan membantu mereka, kita secara tidak langsung berfungsi sebagai orang tua pengganti bagi mereka.
Singkatnya, surat ini membahas beberapa topik kepedulian sosial. Ayat yang dimulai dengan pertanyaan "siapakah pendusta agama?" bertujuan untuk memperingatkan hamba-Nya tentang beberapa tindakan yang dapat membawa pelakunya ke predikat pendusta agama.
Allah juga memberi tahu kita bahwa ibadah ritual kepada-Nya tidak memiliki arti jika tidak direfleksikan dalam kesadaran kemanusiaan. Ini karena kebaikan sesungguhnya adalah perpaduan antara transendensi (keimanan) dan praktik gerakan. Dengan demikian, teologi al-Ma'un dapat digambarkan sebagai pemikiran yang berkaitan dengan pelayanan sosial, seperti membantu anak yatim dan fakir miskin.
Surat al-Ma'un mengandung kritikan kepada perilaku individualisme, hanya mementingkan diri sendiri tanpa peduli akan keadaan sekitar. Individualisme bertentangan dengan nilai Islam. Dalam hidup bermasyarakat, Islam mengajarkan agar hidup berdampingan secara harmonis, saling menghargai, toleran dan tolong menolong.