19 Oktober 2021 14:42Diperbarui: 20 Oktober 2021 00:592356
Dahulu kau berdiri kokoh Bagaikan gerbang negeri senapan Dengan kapal laut, kau seakan menyambut penuh mesra Laut jernih, parade lumba-lumba ketika pagi dan petang Hamparan pasir putih, kau bak si jelita, pesona-sungguh menawan
Dahulu, rimbun lebat Angin senja menghampiri, burung-burung bernyanyi Pohon-pohon kasuari berdansa sepanjang pantai Bagaikan perawan dimalam purnama
Nelayan mengadar Di kasuari mereka menambat sampan Nikmati ikan segar hasil tangkapan yang dibakar Merebah dipasir putih, istrahat tubuh sejenak Lepas lelah, lepas beban hidup Mimpi tentang surga datang membelai
Pagama, simbol eksotis Sempurnakan keindahan Sula Negeri Senapan
Kini, banyak laut dikeringkan untuk hunian Hutan terus digunduli, bumi kian panas Es dikutub Utara mencair Muka air laut naik, Pagama Kian tenggelam.
Kelak, aku hanya bisa mengenang mu melalui bait-bait lagu : Sio Pagama Ibau bisa alam bo sua Mora ibufa hama deba, tud bo Pagama Lal ik faata, sai bareha, sio Pagama
O, Mamae Ombak kian ganas, Pagama kian pilu Akankah Pagama jadi kenangan?
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.