Oleh: Iin Solihin
Bunga mawar itu akan tetap harum apapun namanya.
Kata Sastrawan Francis William Shakespeare
Manusia bertubuh baja itu bagai martir menerobos medan pertempuran
Cucuran air tubuh dan tetesan air mata darah bagai tsunami menerjang rintangan
Kepalan tangan bermodalkan bambu runcing jadi symbol keberanian dan keyakinan.
Kegelapan malam tidak menjadi halangan untuk menghanguskan semua khazaliman
Merekadengan rela melepaskan nikmatnya kehidupan menjadi para tumbal
Bau amis para mayat syuhada itu tidak sempat merasakan kenikmatan kemenangan dan kemerdekaan
Hanyajeritan parabayi yang mereka harapkan kelak untuk melanjutkan perjuangan setelah kemenangan melawan Belanda dalam kekejaman
Kebengisan dan kekejian si pendek Jepang bermata sipit itu melakukan pemerkosaan menambah penderitaan dan kesengsaraan
Para nasib janda syuhada itu bertambah malang harus rela menjalani kehidupan dalam kesendirian
Oh..sang Malaikat pencabut nyawa…
Apa yang salah dengan para pejuang pembela kehidupan?
ApakahKAU berada dipihak penjajah Jepang dan Belanda yang menyengsarakan?
Sehingga KAU memaksa mencabut para nyawa tak berdosa dalam kerelaan!
Oh TuhanSangpemilik keabadian, kami para IBU kehidupan kini kebingungan membimbing putera-puteri Indonesia mengarungi kekejaman bahtera lautan
Kondisipara putera dan Puteri kami bernasib malang dalam kesengsaraan kehidupan
Karena telah melakukan PEMERKOSAAN, KEDURHAKAAN dan KEMUNGKARAN yang menyembulkan Duka Para Pahlawan.
Indonesia di Musim Korupsi, Kolusi, Nepotisme, 29 Oktober 2011
Strory Three Room Three Smart ILC Pare-Kediri