Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Duka Para Pahlawan

9 April 2012   14:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:49 142 0



Oleh: Iin Solihin


Bunga mawar itu akan tetap harum apapun namanya.

Kata Sastrawan Francis William Shakespeare

Manusia bertubuh baja itu bagai martir menerobos medan pertempuran

Cucuran air tubuh dan tetesan air mata darah bagai tsunami menerjang rintangan

Kepalan tangan bermodalkan bambu runcing jadi symbol keberanian dan keyakinan.

Kegelapan malam tidak menjadi halangan untuk menghanguskan semua khazaliman

Merekadengan rela melepaskan nikmatnya kehidupan menjadi para tumbal

Bau amis para mayat syuhada itu tidak sempat merasakan kenikmatan kemenangan dan kemerdekaan

Hanyajeritan parabayi yang mereka harapkan kelak untuk melanjutkan perjuangan setelah kemenangan melawan Belanda dalam kekejaman

Kebengisan dan kekejian si pendek Jepang bermata sipit itu melakukan pemerkosaan menambah penderitaan dan kesengsaraan

Para nasib janda syuhada itu bertambah malang harus rela menjalani kehidupan dalam kesendirian

Oh..sang Malaikat pencabut nyawa…

Apa yang salah dengan para pejuang pembela kehidupan?

ApakahKAU berada dipihak penjajah Jepang dan Belanda yang menyengsarakan?

Sehingga KAU memaksa mencabut para nyawa tak berdosa dalam kerelaan!

Oh TuhanSangpemilik keabadian, kami para IBU kehidupan kini kebingungan membimbing putera-puteri Indonesia mengarungi kekejaman bahtera lautan

Kondisipara putera dan Puteri kami bernasib malang dalam kesengsaraan kehidupan

Karena telah melakukan PEMERKOSAAN, KEDURHAKAAN dan KEMUNGKARAN yang menyembulkan Duka Para Pahlawan.

Indonesia di Musim Korupsi, Kolusi, Nepotisme, 29 Oktober 2011

Strory Three Room Three Smart ILC Pare-Kediri

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun