Di rerumputan hijau, dengan semilir bayu bergelayut sepoi Darto mengintip Gendis. Wajah ayu Gendis bagai sinar rembulan tanggal lima belas yang benderang. Ayunan rambutnya melambai menyibak bayangan-bayang Darto di sore yang pernah ia takhlukkan bersama gadis ayu itu. Bibirnya yang ranum, semakin memikat—meleleh sewarna ceri terkena embun. Lalu tersungging senyum yang entahlah, tapi mampu membuat detak jantung Darto terpacu kencang tak bisa dikendalikan.