Melalui kisah tragis dari seorang pelacur perempuan yang akan di hukum mati, Nawal el Sa'dawi melontarkan pemikiran kritisnya terhadap realitas eksistensi laki-laki yang ada dengan pendekatan feminis. Nawal menggambarkan kenyataan sesungguhnya hubungan laki-laki dan perempuan didalam masyarakat adalah hubungan politik, karena hubungan itu didasarkan pada struktur kekuasaan. Gambaran yang dikisahkan ini sudah barang tentu kemudian menimbulkan kesadaran bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam sistem sosial (Arab/Mesir) yang telah mapan ini. Nawal El Saadawi adalah satu dari sekian penulis perempuan yang menggunakan sudut pandang 'aku'. Sudut pandang sendiri adalah sebuah posisi yang mengatur alur informasi, pengetahuan sekaligus menandai kekuasaan. Sudut pandang 'aku' berarti pengarang menandai dirinya sendiri sebagai penutur dan sebagai 'subyek' dan lawan bicaranya sebagai 'anda-kamu'. Hal ini menandai hubungan suatu subyek dengan dunia.
KEMBALI KE ARTIKEL