Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Dua lelaki malam

12 Februari 2011   11:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:40 289 2

Jarum pendek pada jam tanganku menunjuk angka 2 dan jarum panjangnya menunjuk pada angka 1. Malam yang hening. Kulaju sepeda motorku menembus jalanan kota yang mulai lenggang. Hujan rintik semenjak sore membuat kebanyakan orang malas untuk beraktivitas di luar. Tapi tidak bagiku, menyusuri keheningan malam dalam kesendirian memberikan kenikmatan tersendiri. Aku akan menyapa sang kakek tua yang kadang termenung sendirian menuggu pelanggan setianya.

“Anget ato Pait” Ujar seorang lelaki tua menyambutku setelah ku parkir sepeda motorku.

“Pait kek”

Dalam remang lampu 5 watt yang tergantung disalah satu tiang gerobaknya. Kulihat guratan kulit wajahnya yang semakin keriput. Tulang muka begitu kuat menonjol. Sebatang rokok kretek menempel dibibirnya, sedang tangannya dengan lincah menyiapkan segelas kopi pait pesanan ku.

Kutuangkan sedikit kopi pait dalam piring kecil alas gelas, dan

“Arghhhhh” Nikmat sekali kopi malam ini batin ku. Memang kakek ini adalah master untuk urusan kopi pait menurutku. Perpaduan takaran yang pas antara gula tebu asli dan kopi arabica.

Sebatang rokok filter kecil kuselipkan di sela-sela bibir. Isapan pertama begitu kuat. Di hempaskan asap itu keras-keras dari mulutnya hingga hilang tersapu angin malam.

“Dibakar ya kek” sambil kuserahkan beberapa gorengan tempe dan sate jeroan dalam piring melamin berwarna merah hati. Tiga bungkus nasi kucing tak terasa kuhabiskan. Lumayan untuk mengganjal perut hingga siang hari nanti

Dua lelaki malam sedang bercanda menikmati malam. Berbincang bincang tentang panasnya suhu politik, gosip, selangkangan bahkan harga cabe yang harga semakin selangit membuat nasi kucing ku santap malam ini serasa hambar tampanya

Sesekali mereka hening, hanya menikmati rokok di tangannya masing-masing. Memainkan kepulan-kepulan asap yang keluar dari sela-sela bibirnya. Dua lelaki malam berbeda usia yang sedang meyelami beban hidup masing-masing…

“Urip kuwi kudu di nikmati Mas, tapi yo, mesti kerja dulu” Ucapan sang kakek membuyarkanku

“Iya kek”

“terus kapan luluse?”

“Kapan-kapan lah Kek.” Jawab ku sekenanya…

Kami pun tertawa kecil dalam sepinya malam…

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Catatan ringan anak kost Jogja

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun