Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Sehabis Maghrib, Sha'ban Menyanyi

26 Juli 2010   16:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:35 100 0
Masih kuingat dalam debu yang sempat mojok di jendela kamar
bersemayam atas nama angin yang menerbangkan sisa senja dan sore lalu
bahkan berpuluh-puluh tanun lalu ketika aku dan kita telah bertautan dengan romansa kehitaman
di sebrang jembatan antara pemilik bumi dan pencipta yang Ia ciptakan bahan-bahannya di bumi ini
ya sebelum waktu berotasi memutarkan arah ke jam sebelum adzan maghrib tiba kali ini
sehabis maghrib kusisakan pertemuanku dalam ritus sha’ban
kujamu doa-doa yang berkepanjangan sampai meletus adzan isya
orang-orang bergemuruh sejenak
dalam perbincangan dzikir semesta yang usai dibacakan dalam sajak-sajak yasin

maka kuleburkan dosa
kutanggalkan dunia
kuhempas rasa
mengikat titik cahaya

Masih kuingat hijab yang khilaf kubuka
dan memutuskan untuk tampil memukau
di hadapan para pejabat atau petinggi kota

ah
anomali hidup yang tidak layak kuberhalakan
semuanya terpasung pengidolan makhluk bernama kecantikan
atau keindahan yang lama sering nongol di virus televisi
semuanya terkoyak, hati dan pikiran luput dari sang Pencipta

dan
ah
semua itu ingin kuhentikan
semoga doaku dapat merayu dayu
biar teguh,
biar terseduh dari banyaknya susu menggulati hitamnya kopi

setelah maghrib usai,
dan kulihat hijriah memotret tentang Ramahan yang sebentar lagi datang
dengan keberkahan
semoga saja aku sempat untuk menulis doa-doa lagi dengan tangan
yang Kau beri untuk kebaikan

Amin.

Ihsan Subhan, lahir di Cianjur. Menulis puisi dan cerpen. tergabung di Komunitas Sastra Cianjur. Puisi-puisinya dimuat dalam Antologi Penyair Sastra Cianjur Selalu Ada Rindu, DKJ. Saat ini masih menggiati Komite Sastra Dewan Kesenian Cianjur (DKC).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun