Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Fenomena Blusukan Style

1 Mei 2013   19:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:17 518 0
Prolog: tulisan ini adalah artikel kolom pada Tabloid mingguan KONTAN edisi 10-16 Desember 2012 halaman 23. Selamat menikmati…

Dahsyatnya perhatian masyarakat terhadap tarian Gangnam Style dari Korea belakangan ini hampir bersamaan dengan apa yang terjadi di Jakarta. Belum genap 100 hari menjabat, gaya kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ternyata banyak mementaskan decak kagum sekaligus decak kaget.

Decak kagum bagi warga Jakarta yang selama puluhan tahun lebih tidak pernah bertatap-muka, berbincang-bibir, dan bercurahan-hati kepada gubernurnya sendiri. Sedangkan decak kaget bagi aparat Pemerintahan Daerah DKI Jakarta karena pemimpin mereka terkadang sudah tiba lebih awal di kantor pelayanan mereka, sebelum menyadari sebenarnya kantor mereka sudah harus mulai melayani warga Jakarta satu jam sebelumnya.

Decak kaget di atas belum seberapa. "Lima tahun (saya akan) blusukan terus, mau ke kampung terus, pokoknya selama lima tahun ke bawah, ke kampung, pokoknya banyak ke lapangan" kata Jokowi, panggilan beken sang Gubernur. Dia juga bilang, setiap gubernur punya gaya sendiri, "Gaya saya, gaya blusukan". Maka, ”Blusukan Style” menjadi identik dengan Jokowi.

Namun ada juga yang mencerca gaya tersebut. Alih-alih mencerca, ada baiknya mencermati apakah gaya blusukan Jokowi ini sejalan dengan aktivitas manajemen secara umum: Plan, Organize, Action, Control (POAC). Merencanakan, mengatur, dan melaksanakan aktivitas tidak akan langgeng apabila tidak ada pengawasan. Fungsi kontrol dalam manajemen sama pentingnya untuk seorang pemimpin yang selalu berpikir secara jangka panjang.

Tingkatkan pengawasan

Robert Simons dalam bukunya berjudul Levers of Control (1995), terbitan Harvard Business School, Boston, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa sistem kontrol manajemen adalah suatu yang formal, rutinitas berbasis informasi, serta prosedur manajemen untuk menjaga atau mengubah pola kerja perusahaan. Sistem manajemen ini dilaksana dalam empat pendekatan.

Pertama, belief systems. Suatu sistem yang harus dimiliki perusahaan untuk melakukan kontrol internal manajemen melalui komitmen seluruh pegawai terhadap visi dan misi, nilai inti dan keyakinan, serta tujuan perusahaan. Manfaatnya untuk memperkuat dan memperluas pencarian inovasi atau peluang usaha baru.

Produk-produk Apple, misalnya, selalu mengikuti nilai inti perusahaan, yaitu minimalis, mudah digunakan, fitur teknologi teranyar, desain berkelas, dan kualitas bahan terbaik. Keyakinan yang tinggi kepada nilai inti ini membentuk perspektif baru di industri komputer. Terbukti, walaupun harga produknya lebih tinggi dari pada kompetitor, produk Apple tetap laku karena nilai inti perusahaan memenuhi harapan pembelinya.

Kedua, boundary systems. Manajemen perlu memantau batas-batas wilayah kerja setiap yang terlibat di perusahaan. Contohnya dalam bentuk kode etik, tata cara membuat rencana strategis, aturan pembelian aset, atau pedoman operasi perusahaan.

Sistem untuk memagari ini yang belum serius diterapkan pada manajemen birokrasi serta wakil rakyat kita. Alhasil, banyak sekali yang “lompat pagar” lalu berakhir dengan menjadi tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Padahal jika mereka memiliki daftar do(s) dan don’t(s) yang saling memahami dan mengingatkan untuk mematuhinya, pekerjaanKPK akan menjadi ringan dan akan bisa tidur lebih nyenyak.

Ketiga, diagnostic control systems. Sesuatu sistem yang harus diadakan oleh perusahaan untuk menghasilkan kerja optimal. Misalkan pengukuran hasil tiap tahapan kerja, standar penilaian hasil kerja, atau sistem insentif dan kompensasi saat pekerjaan selesai.

Teknologi informasi menjadi hal yang penting dalam sistem ini. Pasalnya, semua data pengukuran kinerja akan sangat cepat digabungkan, dianalisa, dan ditampilkan dalam bentuk laporan baik berkala maupun instan. Tidak kalah penting adalah melakukan benchmarking di industri yang sama untuk mengukur apakah terjadi peningkatan kinerja manajemen dibandingkan dengan pesaing.

Keempat, Interactive Control Systems. Perusahaan yang cerdas akan menjalankan sistem ini untuk melacak ide-ide baru, memicu pembelajaran baru, dan memposisikan perusahaan secara benar di masa depan. Sebagai contoh adalah menggabungkan proses data kedalam interaksi manajemen, bertemu muka secara langsung dengan pegawai, atau mempertanyakan data, asumsi dan rencana kerja kepada bawahan.

Sistem inilah yang diterapkan oleh Jokowi dengan Blusukan Style. Apabila sistem ini bisa menghasilkan ”Plan” baru, lalu “Organize”, diikuti “Action”, kemudian dilakukan secara konsisten selama lima tahun, maka tidak menutup kemungkinan hidup di Jakarta akan berkualitas setara dengan kota-kota dunia lainnya. Seperti Vienna, Zurich, Auckland, Munich, atau Vancouver (Quality of Living Survey 2011).

HM Ihsan Kusasi
Konsultan TI dan
Dosen Manajemen Perbanas

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun