Nabi Bersaabda:
Innamal A'malu binniyyah, wa innnama likullimr in maa nawa.
"Rasulullah saw bersabda setiap amal perbuatan harus dilandasi dengan niat, dan setiap perbuatan tergantung apa yang diniatkan."
Dalam hukum syar'I apa itu niat, yaitu melakukan suatu perbuatan melibatkan pikiran perasaan dan perbuatan fisik.
Anniyatu qasdu syaiin muqtarinan bi fi'lihi. Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Didalam shalat niat adalah merupakan rukun shalat, jika tidak melandasi dengannya dengan niat maka shalatnya dihukumi batal.
Niat bukan sekedar membaca niat, akan tetapi dalam prakteknya harus melibatkan seluruh kesadaran.
Baik bacaan, gerakan dan ketundukan bathin kepada Allah swt.
Peristiwa ini terkadang terabaikan oleh kita sebagai mushallin, sehingga Rasulullah mengkhatirkan ummatnya terjerumus kepada kemunafikan dalam shalatnya.
Sebagaimana firman Allah:
Fawailul lil mushallin, alladzinahum  an shalatihim sahuun.
Maka sungguh celaka bagi orang yang shalat, yaitu orang yang didalam shalatnya penuh kelalaian.
Alladzinahum yuraa'un.
Yaitu orang orang yang didalam shalatnya dipenuhi dengan perasaan riya'.
           Â
Anniyyah merupakan rukun yang harus diperhatikan dalam shalat, dimana kita harus sadar apa yang kita lakukan, mulai dari berwudhu', takbiratul ihram hingga salam.
Kesadaran ini harus kita hidupkan sampai akhir shalat, agar kita mampu merasakan respons Allah dalam setiap apa yang kita niatkan, jika kita berwudhu' dengan sempurna maka seharusnya kita memperhatikan apa yang kita rasakan, sebab ketika berwudhu' dengan sempurna maka Allah akan mengangkat dosa dosa kecil dimasa lalu.
Sebagaimana dalam hadits riwayat Utsman:
- - : - - : .
Aku mendengar Rasul SAW bersabda: Setiap muslim yang tatkala tiba waktu shalat wajib, kemudian ia wudlu dengan sempurna, khusyu dengan sempurna, dan rukuk dengan sempurna, niscaya akan terhapus dosa-dosanya, selama tidak melakukan dosa beasar. Begitulah keadaannya sepanjang tahun. Â (HR. Muslim).
Dan apa rasanya jika dosa itu dicabut dalam hati kita, maka tersingkaplah keberadaan Allah dihadapan kita, sehingga hati akan mampu menangkap respon Allah  ketika kita mengangkat takbiratul ihram.
Pengajaran ini bukanlah sebuah kajian pengetahuan biasa akan tetapi merupakan sebuah eksperience yang harus kita dapatkan sekarang, kita harus  melakukan praktek ini sehingga  dapat benar benar menangkap rasanya, mulai dari rasa diangkatnya kotoran batin.
Ketika berwudhu, terangkatnya hijab ketika kita takbir, dan menunggu respon Allah setiap kita membaca Al fatihah, dan ketika kita rukuk kita harus merasakan apa yg kita lakukan dengan niat:
"Ya Allah, hanya untuk-Mu aku ruku', hanya kepada-Mu aku beriman, dan hanya untuk-Mu aku berserah diri. Engkau adalah Rabbku. Pendengaran, penglihatan, otak, tulang, urat sarafku, dan apa yang diangkat oleh telapak kakiku, tunduk kepada Allah, Rabb semesta alam."
Sikap ini harus kita lakukan secara batin bacaan ini merupakan ungkapan kesadaran ihsan di mana kita berbicara dengan Allah dengan penuh keimanan yang di tandai adanya  getaran dalam hati dan seluruh anggota tubuh.
Sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
KH. Abu Sangkan