Sepeda motor berbagai jenis berjejer-jejer. Bunyi mesin meraung-raung. Anak-anak muda itu tengah bersiap menggelar adu kenceng kuda besi tungganganya di jalanan, bukan di sirkuit. Inilah balapan liar.
"Berapa neh taruhanya bro?," tanya seorang anak muda yang sudah siap beradu balap.
"Biasa satu juta aja dulu," jawab pemuda lainnya, yang juga tak kalah siap. Ia lalu menggeber motornya.
"Ada bonusnya ndak," tanya pemuda itu lagi.
"Ada lah, itu cabe-cabean gue," ujarnya seraya menunjuk sesosok gadis belia dengan rok mini. "Mana cabe-cabean loe?
"Yang itu cabe-cabean gue, mantap deh. Kalo loe menang lawan gue, dia jadi milik loe malam ini..." ujarnya merujuk gadis belasan tahun yang tengah duduk santai diatas jok sepeda motor sport.
Bunga, sebut saja begitu, adalah salah satu gadis belia itu. Ia baru saja duduk di bangku SMA, tengah mekar-mekarnya. Harusnya pada tengah malam seperti itu, Ia sudah ada di rumah. Bukan keluyuran di tengah jalan seperti itu.
Namun, gadis belia itu sepertinya sudah menikmati dunia malamnya. Ia tampak sudah terbiasa di tengah-tengah balapan liar jelang dinihari itu. Seperti mengejek dinginya malam, Ia santai saja dengan rok mini dan tank top ketat yang memamerkan dadanya yang mekar itu. Sebatang rokok terselip dibibirnya. Asap putih pun membumbung dari bibirnya yang disapu gincu merah.
Bunga inilah yang tadi disebut cabe-cabean. Sebuah sebutan yang membuat saya miris dan merinding melihat pergaulan anak muda jaman sekarang. Saya tak tahu dari mana dan kenapa muncul sebutan cabe-cabean. Mungkin mereka 'hot and spicy' seperti cabe kali yah. Yang jelas, cabe-cabean adalah sebutan untuk gadis remaja belia yang menjadi taruhan di arena balapan.
Dengan adanya cabe-cabean, katanya, akan lebih menambah semangat dan memacu adrenalin untuk memenangkan balapan. Pasalnya selain uang, peserta lomba menjadi lebih terpacu karena akan mendapatkan 'piala' istimewa itu. Tentu saja, cabe-cabean tugasnya adalah memuaskan syahwat joki pemenang balapan liar. Dan pemenang akan berganti, cabe-cabean pun layaknya sebuah 'piala bergilir'. Miris bukan?
Fenomena itu kini mengemuka kembali di ranah publik, tak hanya di kota-kota besar juga sudah merambah ke kota-kota kecil. Hal ini tentu meresahkan orang tua. Pihak berwajib pun dibuat repot oleh ulah mereka.
Cabe-cabean menambah ragam kenakalan anak remaja masa kini. Dulu ada ciblek, 'cilik-cilik betah melek', panggilan bagi gadis belia yang doyan keluyuran malam dan tak sungkan menjajakan tubuhnya. Adalagi sekarang Kimcil, Kimp*t Cilik, sebutan baru yang memiliki arti kurang lebih sama.
Hmmh, segitu parahnya kah pergauluan remaja kita. Seks bebas, alkohol, prostitusi, kekerasan. Sebuah dunia yang saya kira hanya ada di film-film. Kalaupun ada, ya dikota-kota besar saja dan itupun tak marak dan pelakunya juga orang dewasa.
Ternyata fenomena itu kini ada disekitar kita. Saya yang tinggal dikota kecil saja sering mendengar istilah 'kimcil' di kalangan remaja sini. Anak-anak remaja belasan tahun yang masih berseragam putih biru bahkan, sudah banyak yang menyandang panggilan ini. Mereka tak hanya mau melakukan hubungan layaknya suami istri dengan pacarnya, tetapi juga dengan teman-temanya yang penting suka sama suka atau bahkan menjajakan dirinya.
Peristiwa ini tentu menjadi perhatian bagi kita bersama. Saya adalah orang yang baru saja menjadi seorang bapak dengan putri kecil yang baru berusia setahun. Terus terang saya ketar ketir, bagaimana pergaulan anak saya nantinya. Ini menjadi perhatian bagi saya untuk berikhtiar menjadi orang tua yang baik dengan perhatian penuh ke anak-anaknya.
Menurut saya, peran orang tua sangat vital dalam pergaulan anak-anaknya. Orang tua menjadi ring pertama yang harus mendidik dan menjaga anak-anaknya. Ring kedua, istitusi pendidikan juga harus pula memperbaiki diri. Banyak anak-anak yang mengenal kenakalan dan mulai terjun ke dunia itu di sekolahnya. Pergaulan sangat ampuh membentuk karakter seorang remaja.
Kemudian,media masa juga memiliki peran yang penting. Tontonan adalah tuntunan, yang ikut membimbing anak-anak kita berperilaku. Tontonan jaman sekarang, sungguh dipenuhi dengan berbagai hal yang tak mendidik dan tak patut dicontoh. Ini menuntut peran pemerintah dan pihak lain yang terkait untuk memperbaiki diri.
Semoga kenakalan remaja seperti ini bisa dicegah dan diberantas dengan upaya bersama kita. Jangan terlalu permisif, bentengi anak dengan agama dan norma. Pemerintah juga harus ikut serta dan media menghadirkan tontonan yang baik buat anak-anak kita.
Duh, Saya dan juga Anda tentu tak ingin anak-anak kita menjadi cabe-cabean, ciblek dan kimcil bukan?
Salam dari Purbalingga
*Percakapan di awal tulisan ini adalah ilustrasi penulis