Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

Masa Depan Bumi dan Pesan Rindu Tuhan

10 Januari 2011   23:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:44 296 0
Bagaimana rupa bumi kita sekitar 100 tahun mendatang? Tidak jelas bagi saya, bahkan juga anda. Kita tidak akan bisa menyaksikannnya langsung. Bayangan ini biarlah dilihat langsung oleh generasi kita kelak, itupun jika Tuhan tidak berkenan memajukan rencana Kiamat yang menjadi ketetapan-Nya.

______________________________________________________________________________

Suatu ketika saya berkesempatan menghadiri undangan diskusi keagamaan rutin adik-adik Mahasiswa tempat saya kuliah dulu. Kami sampai pada diskusi tentang janji dan balasan Tuhan bagi hamba-hamba_Nya yang taat beribadah.

Dalam terminologi Al-Qur'an, ridho Tuhan acapkali disampaikan dalam konsep yang cukup sederhana. Tuhan jarang menggambarkan janji_Nya dalam bentuk-bentuk yang setara dengan zat_Nya. Misalnya soal janji bisa bercengkrama bebas dengan_Nya, bisa menatap wajah_Nya, dan lain-lain. Tuhan berjanji menggunakan media "makhluk" bernama sorga dengan segala keindahannya. Bukan tidak ada alasan. Tuhan ingin lebih mendekatkan manusia dengan otak pengetahuannya tentang kenikmatan. Ada bidadari-bidadari cantik, ada singgasana, dan ada taman-taman.

Dibawah ini adalah beberapa penggalan ayat Al-Qur'an yang menjadi bahan pembicaraan kami.

"Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." (QS. 2:25)

Sesungguh orang-orang yang bertakwa itu dalam taman-taman surga dan (dekat) mata air (yang mengalir). Dikatakan kepada mereka, masuklah kedalamnya dengan sejahtera dan aman. Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka, mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan diatas dipan-dipan, mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka tidak akan dikeluarkan darinya.(al-Hijr : 45-48)

Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal sholeh, tentulah Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amal(nya) dengan baik. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan surga 'Adn, sungai-sungai mengalir di bawahnya, dalam surga itu mereka diberi perhiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan tebal dan mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah, itulah pahala yang sebaik-baiknya dan tempat istirahat yang indah.
(al-Kahfi : 30-31)


Fokus kami saat itu bukanlah soal bagaimana manusia bisa merasakan balasan Tuhannya. Fokus kami adalah bagaimana cara Tuhan menggambarkan surga_Nya. Dalam beberapa ayat yang kurang lebih serupa, pemaknaan surga selalu didekatkan dengan idiom sungai, air yang mengalir, taman, pakaian berbahan sutera, mata air dan lain-lain. Surga yang dimaksud adalah untaian alam yang masih perawan dengan semilir angin yang bersih dari polusi.

" Ini erat kaitannya dengan kondisi tempat dimana Al-Qur'an diturunkan, yakni tanah arab yang gersang dan tandus. Tuhan menggambarkan model surga seperti itu agar para arab jahiliah memeluk Islam," sebuah alasan yang disampaikan seorang mahasiswa.

"Al-Qur'an adalah pesan universal yang tidak tersekat tempat. Pesannya ditugaskan menelusup ke ruang dan tempat manapun, di gersangnya jazirah arab, ke dinginnya kutub, bahkan melintas di daratan tropis model Indonesia yang sejuk dan nyaman ini. Jadi tidak benar pesan Tuhan diatas dikhususkan untuk penghuni arab yang tandus," kata Mahasiswa lain.

" Jika memang demikian gambaran surga, bukankah banyak dari sudut daerah kita yang memiliki sudut serupa dengan surga? Ada air mengalir dengan air beningnya, ada batu cadas yang indah, ada perempuan-perempuan cantik bermain air mirip para bidadari. Bahkan maaf, itu lebih indah dari gambaran surga Tuhan itu," teman lain menanggapi.

_____________________________________________________________________________

Suatu ketika pula barulah saya memahami dengan benar bahwa Tuhan tengah mendikte kita tentang rindu. Tuhan tengah menghadapkan manuasia pada ketentuan takdirnya sendiri. Ketentuan itu adalah kelak,(dimulai dari rentang kini dan berpuluh-puluh, beratus ratus tahun yang akan datang), manusia akan mengenang kisah bumi mereka yang pernah hijau lestari. Anak cucu saya, dan anda yang membaca tulisan ini, akan mengetahui dari patahan sejarah yang mereka baca, bahwa pada suatu masa manusia pernah memiliki sungai-sungai yang mengalir, sejuknya angin hutan, persis seperti yang digambarkan Tuhan. Ya, Tuhan tengah bicara tentang kerinduan yang tak terbantahkan ini.

Tuhan memastikan bahwa kerinduan manusia akan semakin menjadi-jadi saat bumi ini kian rusak oleh tangan mereka sendiri. Tidak perlu bicara jauh-jauh. Di tempatku lahir, berhektar-hektar hutan menyusut dalam jangka waktu tertentu akibat perambahan liar. Jumlah mata air yang dulunya mencapai ratusan buah kini tinggal beberapa saja. Beberapa sungai sudah tidak teraliri air. Hutan terus saja dipaksa menghasilkan keuntungan tanpa berfikir sedikitpun soal tanggung jawab perbaikannya.

Tuhan memastikan bahwa kerinduan manusia semakin membuncah manakala pola hubungan dengan alam sudah salah. Mari tanyakan sudah seberapa banyak lahan hijau disulap menjadi hutan beton tanpa perencanaan tata ruang yang matang. Mari juga saksikan saat bencana banjir dan longsor datang. Bukankah mereka lebih mementingkan program pencitraan berupa bagi bagi sembako ketimbang memperbaiki pangkal persoalannya? Hubungan alam dan manusia sudah tidak lagi saling menghormati. Manusia cenderung menghisap.

Tuhan tengah mengajarkan nyanyian rindu pada sungai, pada alam, pada hijau, yang tidak akan bisa dinikmati anak cucu kita 100 tahun mendatang.Wallahu'alam bissawab

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun