Selang 6 bulan sepeninggal simbok, emosi bapak sudah mulai gak stabil, yang dibarengi dengan tekanan darah yang tiba-tiba tinggi. Bapak juga sering lupa hal yang barusan terjadi, tapi ingatan tentang masa lampau muncul kembali. Saat itu saya belum mengenal apa itu demensia, dan apa itu alzheimer. Saya lebih mengenalnya dengan kata Pikun.
Ya, sebutan Pikun memang lebih familiar di telinga saya. Karena dulu simbah juga mengalami hal demikian. Jadi wajar saja kalau dulu banyak yang menganggap bahwa Pikun itu adalah hal yang wajar untuk usia lanjut. Ternyata pemahaman bahwa pikun itu adalah hal yang wajar, itu salah. Jangan anggap sepele Demensia ini, seperti tagline dari Komunitas Alzheimer Indonesia, yaitu Jangan Maklum Dengan Pikun.
Seiring bertambahnya waktu, bertambah pula usia bapak, bertambah pula perubahan yang dialami bapak. Salah satunya adalah mengajukan pertanyaan yang berulang-ulang. Tentu dengan kondisi yang makin memburuk, membuat saya khawatir tentang kesehatan bapak.
Sebelum periksa ke dokter, saya browsing tentang Kepikunan yang dialami bapak. Dan ternyata bapak mengalami gejala demensia. Karena mulai mempengaruhi aktivitas sehari-hari, saya langsung membawa bapak untuk konsultasi ke Faskes terdekat.Â